Sosok-sosok di Balik Pengembangan JAKI 3.0
Jakarta dan penduduknya yang beragam selalu dihadapi berbagai tantangan. Ada yang butuh adaptasi, update informasi, bahkan rekreasi. Makanya, diciptakanlah JAKI (Jakarta Kini), super-app Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melayani masyarakat secara digital. Pada 22 Juni 2023, bertepatan dengan ulang tahun ke-496 Jakarta, aplikasi ini pun hadir dengan versi terbaru, yaitu JAKI 3.0.
Baca juga: Kado untuk Jakarta, JAKI Rilis Versi Terbaru
Ada beberapa orang yang terlibat dalam pengembangan JAKI 3.0. Aplikasi yang dikembangkan oleh Jakarta Smart City (JSC) ini pun hadir dengan beberapa pembaruan. Pada 12 Juli 2023, kami sempat berbincang dengan beberapa wakil dari Divisi Pengembangan Produk dan Layanan atau dikenal juga sebagai Tim Development. Siapa aja ya sosok-sosok yang berjasa tersebut? Mari berkenalan!
Muhamad Nishafur Himmah A., Assistant Manager Project
Mengatur Sumber Daya
“Tugas saya nyuruh-nyuruh, Mbak,” canda Nishafur atau Shafur panggilan akrabnya ketika ditanya apa pekerjaannya. Shafur adalah Assistant Manager Project di Jakarta Smart City. Dalam kesehariannya, ia membantu manajer untuk mencapai visi dan misi Divisi Pengembangan Produk dan Layanan. Ia mengatur sumber daya yang mengembangkan product dan operational. Ia berkolaborasi pula dengan Project Leader dan Assistant Project Leader, untuk menyusun persyaratan guna pengembangan semua produk.
Mendengarkan Aspirasi untuk JAKI 3.0
Shafur berpesan, kalau merasa ada yang perlu ditingkatkan dari JAKI, sebaiknya sampaikan saja ke media sosial Jakarta Smart City. Shafur termasuk salah seorang di JSC yang mendengar aspirasi dari masyarakat tentang JAKI.
“Pertengahan 2022, kami mendengarkan aspirasi di Twitter. Ada diskusi dari beberapa expert dan masyarakat tentang kritik serta saran untuk JAKI. Tergerak dari situ, kami berusaha untuk memperbaiki supaya desain tetap memuaskan,” tutur Shafur tentang latar belakang pengembangan JAKI 3.0. Setelah menerima masukan-masukan mengenai JAKI, Divisi Pengembangan Produk dan Layanan pun langsung menyusun tim untuk melakukan riset dan analisis tentang desain aplikasi. Selain itu, mereka juga mencari tahu desain seperti apa yang diinginkan oleh pengguna.
Lalu Shafur menentukan alur waktu pengembangan JAKI 3.0. “Sebenarnya untuk perencanaan dari pimpinan itu sudah dimulai pada awal 2023. Tapi, untuk real eksekusi pengembangan JAKI 3.0 ini, kita start dari awal Mei. Itu selesai di pertengahan Juni, pada 22 Juni 2023, yang bertepatan dengan HUT ke-496 Jakarta,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan, pada akhir 2021, tim UI/UX (User Interface/User Experience) mengevaluasi desain JAKI. “Perkembangan JAKI cukup masif fiturnya. Tapi dirasa, untuk saat ini, beberapa desain sudah tidak relevan lagi dengan fitur yang sudah masif itu,” jelasnya.
Fitur-fitur baru di JAKI 3.0 dikembangkan atas beberapa pertimbangan. Beberapa penghargaan yang telah diraih JAKI, baik nasional maupun internasional, menjadi salah satu alasan kemunculan fitur dwibahasa. “Untuk JAKI 3.0 ini, kita berusaha untuk membuat JAKI bisa berbahasa Indonesia juga bahasa Inggris. Kenapa kita melakukan perubahan itu? Karena, menurut kami, JAKI ini sudah mulai berkembang. JAKI sudah beberapa kali memenangkan award di kancah nasional dan internasional. Menurut kami, JAKI dwibahasa merupakan prioritas utama untuk saat ini,” tutur Shafur.
Pengorbanan untuk Berpikir Kreatif
Apakah saat mengembangkan JAKI 3.0, ia menemukan tantangan? Nyatanya, iya. Shafur pun bercerita, “Yang saya rasakan, karena JAKI ini sebuah super-app dari DKI Jakarta, di dalamnya itu banyak terintegrasi dengan OPD [Organisasi Perangkat Daerah] dan instansi-instansi di DKI Jakarta lainnya. Itu adalah merupakan challenge tersendiri bagi kami untuk membuat sebuah desain yang bisa in line dengan tujuan dari Jakarta Smart City sendiri, dinas-dinas, dan instansi-instansi yang berhubungan dengan JAKI 3.0.”
Pengembangan JAKI 3.0 rupanya membawa pengalaman suka dan duka kepada Shafur. Ia mengaku bangga bisa terlibat langsung dalam pembangunan super-app DKI Jakarta itu. “JAKI ini sendiri adalah aplikasi yang sudah berkali-kali menang dalam perlombaan-perlombaan internasional dan nasional. Ada rasa kebanggaan tersendiri bisa terlibat dalam pengembangan aplikasi JAKI ini,” katanya. Lalu, apa dukanya? Ia mengaku harus mengorbankan tenaga dan pikirannya. “Pengorbanan yang saya maksud adalah kita harus bener-bener mengerahkan tenaga dan pikiran kita, harus berpikir kreatif, berpikir bagaimana caranya supaya aplikasi JAKI ini kita bisa bangun sesuai dengan keinginan masyarakat dan bisa sesuai dengan resource-resource yang kita miliki saat ini,” ungkapnya.
Jakarta Smart City pasti akan terus mengembangkan JAKI dan siap membantu warga. Shafur pun berharap agar JAKI bisa terus mengintegrasikan seluruh layanan yang dibutuhkan warga Jakarta.
“Layanan-layanan yang ada di Indonesia ini cukup banyak. Apabila bisa diringkas dalam satu aplikasi, itu akan sangat mempermudah masyarakat dalam penggunaan dan layanan,” tutupnya.
Andika Bayhaki Al Rasyid Syah, Assistant Project Leader
Koordinasi untuk Pengembangan Produk
Peluncuran JAKI 3.0 harus melewati koordinasi yang teratur. Andika, Assistant Project Leader di JSC, adalah individu yang berperan penting dalam proses tersebut. Pagi itu, dengan bangga ia memakai kemeja berlogo Jakarta Smart City, sambil menceritakan tentang tanggung jawab pekerjaannya.
“Job desc saya selaku Assistant Project Leader di Jakarta Smart City ini yang pertama, tentunya saya mengembangkan produk, ya. Mulai dari tahap awal, desain, hingga launching. Yang kedua, saya berkoordinasi dengan stakeholder terkait, siapa pun yang berhubungan dengan produk atau project-nya,” jelas Andika.
Berubah untuk Lebih Baik
Andika pun bertugas untuk mementori desain JAKI 3.0 di bagian beranda, profil, dan penambahan dwibahasa. “Mulai dari tahap desain, saya berkoordinasi dengan teman-teman UI/UX, dan memvalidasi desain apa yang kira-kira nanti bisa dilakukan dalam pengembangan JAKI 3.0 ini,” urainya.
Fitur pencarian atau search pada JAKI 3.0, misalnya, dapat membantu penggunanya. “Ada penambahan fitur baru, yaitu fitur search yang digunakan untuk mempermudah user mengetahui fitur-fitur apa aja yang ada di JAKI,” papar Andika.
Ada pula perubahan nama-nama fitur di JAKI. Contohnya, nama fitur JakLapor berubah menjadi Laporan Warga. “Yang sebelumnya kan, kita menggunakan JakLapor, JakWarta, dan lain-lain. Itu udah kita setarakan semuanya. Kita hilangkan ‘Jak’ itu dan kita gunakan kata yang lebih umum, yang bisa diketahui oleh masyarakat dan bisa di-revert ke bahasa Inggris, tentunya,” beber Andika.
Baca juga: Intip Fitur Laporan Warga di JAKI 3.0
Andika juga harus menganalisis persyaratan untuk pengembangan JAKI 3.0. Kemudian, hasil analisis tersebut dieksekusi oleh tim teknis. Di sini ia merasa tertantang untuk menentukan ide-ide yang harus diprioritaskan. “Jadi tantangannya ya itu, untuk memprioritaskan mana hal yang bisa kita terapkan terlebih dahulu, mana yang kita nantikan,” katanya.
Kerja Sama yang Kuat Jadi Kunci
Pengembangan JAKI 3.0 ini menjadi pengalaman berkesan bagi Andika. Ia harus bekerja mengikuti alur yang sesuai, sehingga JAKI 3.0 dapat diluncurkan pada hari ulang tahun ke-496 Jakarta. Selain itu, ia suka dengan tim yang kooperatif saat bekerja. “Jadi dalam komunikasi antartim itu bisa tercipta komunikasi yang bagus dan menghasilkan produk yang sangat diharapkan pada hasil akhirnya ya,” terangnya.
Ada pula duka dalam proses tersebut. Ia merasa terlalu banyak ide atau fitur yang diinginkan. Sementara ia juga dituntut untuk memilih hal-hal yang menjadi prioritas. “Jadi, dari saya selaku APL [Assistant Project Leader] itu menetapkan prioritas pekerjaan, yang mana kita lakukan pada tahap yang pertama. Kan di JAKI 3.0 ini tahap pertama dulu ya, jadi kita prioritaskan mana yang dikerjakan terlebih dahulu,” jelasnya.
Melalui dedikasi dan kerja sama tim yang baik, Jakarta Smart City telah berhasil menghadirkan JAKI 3.0 untuk hadiah ulang tahun ke-496 Jakarta. Andika pun berharap, fitur-fitur JAKI 3.0 akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Jakarta.
Alzidan Arif Triyanto, UX Researcher
Meneliti Keinginan Pengguna
Pengembangan suatu aplikasi tidak lepas dari proses penelitian penggunanya. Alzidan, Junior UX Researcher di Jakarta Smart City, memiliki tugas yang beragam berkaitan dengan penelitian pengguna.
“Untuk job desc sendiri sih, saya juga melakukan penelitian based on user. Mulai dari wawancara user, melakukan survey research, kemudian memberikan laporan penelitian juga yang nantinya akan bisa dibagikan kepada stakeholder dan manajer,” tuturnya.
Lebih Memahami, Lebih Mengerti
Dalam pengembangan JAKI 3.0, Alzidan bertanggung jawab untuk menemukan masalah-masalah yang dihadapi pengguna, terutama dalam penggunaan aplikasi JAKI di halaman beranda. “Kemudian, setelah menemukan masalah itu, setelah dilakukan brainstorming juga dengan Tim Dev [Divisi Pengembangan Produk dan Layanan] dan lainnya, ditemukan solusi dari masalah-masalah yang dihadapi user,” lanjutnya.
Dalam mengkategorisasikan fitur-fitur dalam JAKI 3.0, Alzidan dan tim menganalisis secara mendalam. Mereka mengelompokkan fitur-fitur berdasarkan fungsinya, kebutuhan pengguna (wirausahawan, pencari kerja, siswa, dan mahasiswa), serta aktivitas pengguna (pengguna baru atau turis). Untuk memastikan kategorisasi ini berjalan dengan baik, mereka melakukan tree testing research dengan memvalidasi struktur informasi dan kategorisasi yang telah mereka rumuskan.
Salah satu ambisi dari Jakarta Smart City adalah menambahkan fitur dwibahasa dalam JAKI 3.0, untuk membantu turis asing yang berkunjung ke Jakarta dalam mencari informasi. Melalui survei riset, Alzidan mengetahui preferensi gaya bahasa pengguna. Mereka lebih memilih gaya bahasa yang tidak terlalu formal dan lebih mengajak untuk berbincang.
Usaha untuk Lebih Dekat dengan Pengguna
Alzidan merasa berkontribusi dengan baik dalam pengembangan JAKI 3.0, sehingga membantu warga Jakarta dalam aktivitasnya sehari-hari. Ia mengaku, bisa mendengar keluhan-keluhan dari pengguna. “Keluhan-keluhan mereka, apa maunya. Kemudian, setelah itu juga kita bisa ngobrol langsung, enaknya gimana sih. Kita bisa bahas langsung dengan user solusinya. Mungkin sebenarnya kayak gini bisa lho, solusi yang ini,” tambahnya.
Alzidan pun menghadapi tantangan saat mengembangkan JAKI 3.0. Ini adalah user research pertama yang dilakukan pada JAKI. Pencarian partisipan saat itu terasa kompleks. “Jadi, emang untuk resource-nya masih terbatas dan dilakukan untuk mencari partisipan yang dirasa emang cukup kompleks dengan kebutuhan user dari aplikasi JAKI, sih,” ungkapnya.
Alzidan berharap, JAKI 3.0 dapat menjadi “pintu masuk” bagi berbagai layanan. Ia juga mengharapkan, dapat berkolaborasi secara baik dengan entitas lain yang ingin mengintegrasikan layanan dan sistem mereka dengan JAKI. Selain itu, ia menginginkan pengguna aplikasi JAKI pun merasa puas. “Harapan untuk user atau pengguna aplikasi JAKI sih, semoga mereka puas dengan apa yang sudah kami kerjakan,” pungkasnya.
Mohammad Hafitz Rizki, Project Leader
Mengintegrasikan Fitur-fitur
Fitur yang paling banyak digunakan di JAKI adalah fitur Laporan Warga. Fitur tersebut adalah hasil integrasi fitur JakLapor, JakRespons, dan Lapor Video. Hafitz, sang Project Leader di Jakarta Smart City, bertanggung jawab dalam memimpin integrasi ketiga fitur menjadi satu fitur utuh. Pagi itu, ia hadir di ruangan V Meeting JSC, mengenakan batik dengan rapi.
“Saya turut serta dalam proses brainstorming, kemudian menerjemahkan kebutuhan pengguna menjadi spesifikasi teknis, lalu menjaga roadmap dan timeline pengembangan produk JAKI 3.0,” jelas Hafitz
Berkomunikasi dengan Stakeholder
Hafitz merasakan tantangan dalam pengembangan JAKI 3.0, terutama dalam komunikasi antar stakeholder. Ia mengaku, “Mengakomodasi semua request dari stakeholder jadi satu kesatuan utuh, juga roadmap dan menjaga timeline menjadi tantangan tantangan sendiri bagi kami sebagai tim developer.”
Di balik pengembangan JAKI, terdapat cerita menarik yang terkait dengan diskusi antara stakeholder. “Itu cukup memakan waktu juga. Makanya, kira-kira pengembangan harus diundur. Maka dari itu berdampak pada timeline yang semakin mepet untuk development-nya,” cerita Hafitz.
Bangga Mengembangkan JAKI 3.0
Meskipun kerap berkejaran dengan deadline, Hafitz tetap menemukan kepuasan dalam pengembangan JAKI 3.0, terutama dalam komunikasi internal dengan tim teknis. Mereka mengorbankan waktu dan energi untuk menghasilkan JAKI 3.0, sesuai dengan timeline yang telah disepakati. Ia mengatakan, “Untuk saya pribadi, ini menjadi sebuah personal achievement, di mana saya menjadi salah satu bagian yang turut andil dalam pengembangan JAKI.
Harapan Hafiz untuk JAKI 3.0 adalah memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Selain itu, dia berharap, masyarakat dapat mengakses layanan publik dengan lebih mudah dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dengan segala tantangan dan cerita di baliknya, JAKI 3.0 terus berkembang untuk memberikan pengalaman yang lebih baik serta efektif kepada masyarakat Jakarta. Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pengguna, Jakarta Smart City pun terus bekerja keras untuk menghadirkan fitur-fitur yang inovatif berdasarkan pengalaman penggunanya. Untuk kamu yang belum pernah menggunakan JAKI, silakan unduh di Google Playatau App Store, ya!