10 Nov 2021

Pahlawan Ibu Kota: Perjuangan dari Balik Pintu Air Manggarai pada Musim Hujan

Oleh:Amira Sofa

Editor:Aditya Gagat Hanggara

10 Nov 2021

Memasuki musim hujan, warga Jakarta mulai waspada akan datangnya banjir. Pasalnya, banjir besar pernah melanda beberapa wilayah Jakarta pada musim hujan awal 2020. Masih membekas dalam ingatan kita, masyarakat Jakarta merayakan malam tahun baru 2020 dengan gegap gempita. Hujan yang turun tak henti malam itu tidak menyurutkan semangat untuk merayakan pergantian tahun. Orang-orang berpesta sampai dini hari. Alangkah mengejutkan, ketika keesokan paginya banjir melanda, merusak berbagai fasilitas umum, perumahan warga, hingga menimbulkan beberapa korban jiwa. 

Kejadian seperti ini tentu kita tidak inginkan terjadi kembali. Karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan langkah mitigasi banjir selama musim hujan. Salah satu sosok yang berperan penting dalam upaya ini adalah petugas pintu air, khususnya Pintu Air Manggarai, yang telah menjadi pusat pembagian debit air di Jakarta sejak masa penjajahan Belanda. Para petugas pintu air inilah yang terjun langsung mencegah maupun meminimalkan banjir di ibu kota. 

Beberapa waktu lalu, tim Jakarta Smart City berkesempatan mewawancarai Pak Jamali, salah seorang pahlawan ibu kota yang berprofesi sebagai operator Pintu Muka Air Manggarai. Ia bercerita mengenai kesehariannya, sekaligus upaya yang dilakukan petugas Pintu Air Manggarai  dalam meminimalkan banjir selama musim hujan. Mari kita simak kisahnya lebih lanjut. 

Petugas Pintu Air Manggarai: Siaga Memitigasi Banjir Jakarta

Pak Jamali, yang biasa disapa Jamal, sudah bekerja di Pintu Air Manggarai sejak 2016. Seperti operator lain, tugasnya mengatur pintu air dan debit air yang masuk ke wilayah Jakarta. “Saya bertugas 24 jam secara shifting, mulai 7.30 hingga keesokan harinya pada jam yang sama. Tugas saya dan teman-teman lain di sini beragam, mulai dari memantau, mencatat, dan melaporkan debit air ke Dinas Sumber Daya Air (DSDA), merawat aset-aset pintu air, hingga melakukan koordinasi dengan petugas dari Bendungan Katulampa, Pos Pemantau [Ketinggian Air] Depok, dan pintu air terkait di Jakarta,” jelasnya. 

Pintu Air Manggarai menghubungkan antara Kanal Banjir Barat dan Pintu Air Ciliwung Lama. Ada lima pintu air di Manggarai. Saat ini, kelima pintu air tersebut sudah dalam kondisi terbuka, agar air dapat mengalir lebih cepat menuju laut, sehingga cepat surut dan tak menyebabkan atau setidaknya meminimalkan banjir. Jamal menambahkan, “Jika hasil pantauan kami menyatakan bahwa ketinggian muka air sudah masuk siaga 3 atau 2, biasanya akan ada arahan untuk menambah bukaan pintu air. Hasil pantauan kami meliputi banyak hal, mulai dari air laut, air hulu, hingga air hujan lokal.” 

Meskipun tugasnya membantu mengendalikan debit air dan banjir, Jamal mengakui bahwa tanggung jawab yang diembannya selama musim kemarau dan musim hujan sama saja. “Tugas saya pada musim kemarau dan musim hujan sama saja. Pada musim kemarau, saya dan petugas lain tetap harus memantau dan melaporkan ketinggian muka air, merawat aset pintu air, melumasi rantai, melihat kondisi pintu air yang bermasalah, dan lainnya. Semua ini kami lakukan agar ketika musim hujan nanti, pintu air dapat bekerja dengan maksimal. Pada musim hujan pun tugas yang dilakukan sama, hanya saja kami harus lebih siaga,” ungkapnya. 

Bagaimana tidak lebih siaga? Pada musim hujan, debit air cenderung meningkat. Operator Pintu Air Manggarai harus melaporkan ketinggian muka air seperti biasa setiap jam. Jika sudah siaga 3 atau 2, pelaporan dipercepat menjadi setiap 30 sampai 5 menit sekali. Seluruh operator harus sangat berhati-hati dalam melaporkan angka ketinggian, sebab data tersebut akan menjadi sumber informasi masyarakat. Jamal menyatakan bahwa tanggung jawabnya dalam melaporkan angka ketinggian muka air tersebut disertai dengan rasa bahagia. “Saya bersyukur bisa membantu masyarakat untuk menginformasikan status ketinggian di Pintu Air Manggarai”, ujar Pak Jamal. 

Bekerja dari Hati, dengan Kesabaran dan Tanggung Jawab Tinggi

Pintu Air Manggarai telah dibangun sejak 1922. Tempat ini menyimpan sederet kisah dari berbagai peristiwa banjir di Jakarta. Begitu pula dengan Jamal. Sebagai seorang petugas yang menghabiskan lima tahun hidupnya bekerja di Pintu Air Manggarai, ia mengalami kejadian-kejadian yang tak terlupakan. Salah satunya adalah ketika banjir pada awal 2020 mencapai puncaknya. Kita sebagai masyarakat Jakarta mungkin menyaksikan sendiri bagaimana kedahsyatan banjir menyapu ibu kota. Namun, bagaimana sebenarnya keadaan di Pintu Air Manggarai saat itu? 

“Saat itu ketinggian muka air sudah mencapai 1.965 cm yang artinya siaga 1. Hujan turun terus-menerus. Aliran air datang dari hulu silih berganti. Seluruh petugas berkumpul di kantor, bahkan kami yang sedang tidak dalam masa bertugas. Kami standby berhari-hari di kantor, siaga, dan terus memantau ketinggian muka air, hingga semua kembali normal.” Bahkan ternyata, beberapa petugas, termasuk Jamal, sempat meninggalkan anak, istri, dan keluarga di rumah yang sedang dilanda banjir. “Bagaimanapun kondisi yang kami alami, kami sebagai petugas harus tetap bekerja, karena sudah menjadi kewajiban untuk menjaga dan mengatur debit air, agar masyarakat dapat tenang, termasuk keluarga di rumah. Untungnya setelah 3-4 hari, banjir surut,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca mengingat kejadian tersebut.

Tak hanya harus terus memantau banjir, Jamal beserta operator lainnya harus melayani keluhan dari masyarakat. Banyak warga yang menghubungi atau bahkan datang langsung ke Pintu Air Manggarai dengan kondisi tersulut emosi. “Kenapa air tinggi?” “Kenapa di rumah saya banjir?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut dilontarkan kepada para operator Pintu Air Manggarai. Namun, sebagai pelayan publik, mereka harus tetap merespons sebaik mungkin. “Ketika warga sudah mengeluh, di situlah kemampuan kami diuji. Biasanya, jika ada warga yang datang sambil marah-marah, saya selalu berusaha menenangkan. Setelah warga tenang, barulah saya menjelaskan kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Kuncinya sabar dan ungkapkan kebenaran dengan baik. Jika petugas memberikan pengertian, biasanya warga pasti melunak, kok,” ujarnya. 

Melihat kompleksitas tugas yang dijalankan oleh para operator Pintu Air Manggarai, terbersit satu pertanyaan, tidakkah Pak Jamal lelah menjalani pekerjaan yang digelutinya ini? Dengan segaris senyum di bibir ia menjawab, “Lelah pasti ada. Apalagi rumah saya juga cukup jauh. Butuh waktu satu jam dengan kendaraan bermotor dari rumah saya ke kantor. Akan tetapi, saya mencoba menikmati semuanya. Jika sedang lelah, saya tinggal lihat wajah anak, rasanya sudah menguap entah ke mana rasa lelah itu. Lagipula, jika kita mencoba senang dan enjoy dengan pekerjaan, semua akan terasa ringan.” Alasan lain Jamal semangat bekerja adalah solidaritas di antara sesama operator maupun atasan. Ia menyebut bahwa semua petugas di Pintu Air Manggarai sangat kompak. “Dalam satu regu, terdapat tiga orang. Kami semua sudah seperti keluarga sendiri. Apabila ada yang kerepotan, dibantu. Ada yang merasa enggak enak badan, kita backup dulu. Pimpinan juga selalu menyemangati dan mengingatkan untuk berhati-hati selagi bekerja. Misalnya, ketika hujan deras, diingatkan untuk pakaisafety kit, seperti helm dan sepatu. Sebab, risiko bekerja di sini, terutama ketika musim hujan, memang cukup berat,” tuturnya.


 

Pada musim hujan saat ini, Jamal mengungkapkan bahwa pintu air sedang dibuka sebagai antisipasi ketika curah hujan mencapai puncaknya nanti. “Kita kosongkan dulu air dan kembalikan statusnya menjadi normal. Jadi, jika nanti hujan deras hingga siaga 3 atau 2, siap menampung alir air,” jelasnya. Sementara itu, upaya mitigasi lain seperti memantau, mencatat, dan melaporkan debit air, merawat aset pintu air, hingga berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) tetap dilaksanakan selama musim hujan kali ini.

Mitigasi petugas Pintu Muka Air Manggarai saja tidak cukup untuk menghadapi potensi banjir selama musim hujan. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan pula. Terkait hal ini, Jamal pun menyampaikan harapannya, “Semoga warga tak lagi buang sampah sembarangan dan mulai lebih peduli menjaga lingkungan. Karena kalau sudah banjir, semua orang akan terkena dampaknya.” Ia juga berharap terhadap mitigasi banjir Jakarta, “Dengan adanya pengerukan waduk, penambahan alat berat, pompa mobil, dan fasilitas lainnya, semoga Jakarta dapat lebih baik lagi dalam menangani banjir.”

Harapan Jamal untuk Jakarta tadi mengakhiri wawancara tim Jakarta Smart City sore itu. Kisahnya menggambarkan betapa berat upaya yang dilakukan para pahlawan ibu kota untuk mengantisipasi banjir. Smartcitizen juga bisa, loh, menjadi pahlawan ibu kota! Caranya dengan melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang bisa memicu ataupun memperparah banjir di Jakarta. Kamu bisa melapor melalui JAKI. Selain itu, kamu juga bisa memantau kondisi terkini banjir melalui fitur JakPantau di JAKI maupun website Pantau Banjir. Aplikasi JAKI dapat diunduh di Google Play Storeataupun Apple App Store. Yuk, manfaatkan kesempatan ini buat menjadi pahlawan ibu kota versimu sendiri dan mari kita sama-sama menjaga Jakarta!

Artikel Smart People Lainnya

Mau ke taman di Jakarta? Naik transportasi publik aja! Gampang, kok. Yuk, cek daftar taman-taman yang dekat dari halte atau stasiun!

Selamat Hari Kunjung Perpustakaan! Yuk, ikut jalan-jalan ke Perpustakaan Nasional RI. Ada apa saja yang menarik, ya?

Kendaraan yang parkir sembarangan bisa merugikan kita semua. Baca alasannya dan cari tahu cara melaporkannya, yuk!

Hati-hati dengan wabah Mpox cacar monyet! Cari tahu gejala, kelompok yang rentan tertular, hingga cara pencegahannya di sini.

Jangan panik, tetapi selalu waspada. Inilah yang perlu kamu ketahui tentang gempa bumi Megathrust di Indonesia.

Pekan Imunisasi Nasional Polio tahap kedua sudah dimulai. Baca pertanyaan mendasar tentang polio serta jawabannya di sini.