27 Mei 2021

Membandingkan Tingkat Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi

Oleh:-

Editor:Aditya Gagat Hanggara

27 Mei 2021

Sudah lebih dari setahun kita berada di tengah pandemi Covid-19. Hingga kini, pandemi masih belum usai. Namun, sejak Covid-19 baru diumumkan hingga setelah setahun lebih pandemi kini, perbedaan kondisi di Jakarta mulai terasa. Jalanan yang dulu lengang, misalnya, sekarang mulai ramai. Orang-orang pun mulai beraktivitas di luar rumah dengan protokol kesehatan. 

Kita sudah melalui berbagai rangkaian pembatasan dari pemerintah untuk menekan mobilitas warga, agar Covid-19 tidak cepat menyebar dan meningkat. Pada awal pandemi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diberlakukan dengan pembatasan yang sangat ketat. Hanya sektor-sektor tertentu yang diperbolehkan tetap beroperasi, sedangkan sektor lainnya harus memberlakukan work from home atau bekerja dari rumah. Lalu, pusat-pusat perbelanjaan dan gedung-gedung untuk berbagai kegiatan pun ditutup. Hasilnya, PSBB tahap pertama menunjukkan pengurangan drastis mobilitas warga Jakarta berkat mematuhi aturan tersebut. 

(Tonton juga: Dampak PSBB dalam Pembatasan Moblitas Publik)


Setelah PSBB diterapkan, pelonggaran perlahan-lahan mulai diberlakukan dengan PSBB Transisi. Pada masa transisi ini, kantor sudah boleh beroperasi dengan kapasitas  50%, sedangkan 50% lainnya tetap bekerja dari rumah. Pusat perbelanjaan mulai dibuka pula dengan protokol kesehatan yang ketat. Pada awal 2021, PSBB Transisi digantikan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Jika PSBB diberlakukan atas pengajuan pemerintah daerah, PPKM diputuskan pemerintah pusat. Namun, aturan PSBB Transisi dan PPKM cenderung sama. Dalam regulasi perkantoran, misalnya, PSBB Transisi dan PPKM sama-sama membatasi kapasitas 50%. Tempat/rumah makan pun diperbolehkan buka dengan kapasitas 50%. Meski dengan kelonggaran yang sama, apakah ada perbedaan mobilitas saat PSBB Transisi dan PPKM di DKI Jakarta? Untuk mengetahui jawabannya, digunakanlah baseline atau dasar pengukuran. Dasar pengukurannya adalah nilai median yang diambil selama jangka waktu lima minggu dari 3 Januari hingga 6 Februari 2020. Dengan membandingkan kedua pembatasan PSBB Transisi dan PPKM, Jakarta Smart City memantau dua kondisi tersebut dengan menggunakan Google Mobility dan Apple Mobility. Data yang dibandingkan dengan baseline adalah periode PSBB Transisi (8 Juni-8 Juli 2020) dan periode PPKM (9 Maret-9 April 2021). 

Aktivitas di Rumah Menurun pada Masa PPKM


Dengan berbagai kampanye #DiRumahAja pada masa pembatasan PSBB, warga mulai banyak yang memilih untuk tetap di rumah dibandingkan keluar rumah. Kemudian, pada periode PSBB Transisi, meski pelonggaran sudah mulai diberlakukan, aktivitas di dalam rumah masih tetap lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. 

Sayangnya, mobilitas di rumah mulai menurun pada masa PPKM. Dari grafik di atas, kita dapat melihat peningkatan 14,65% ketika masa PSBB Transisi dan menurun menjadi hanya 8,69% pada masa PPKM. Hal ini menunjukkan, banyak warga yang beraktivitas di luar rumah pada masa PPKM. 

Peningkatan Mobilitas di Tempat Umum pada Masa PPKM


Dari grafik di atas, terlihat bahwa mobilitas di stasiun dan transportasi umum pada masa PSBB Transisi menurun hingga -46,84% dibandingkan dengan data yang diambil pada periode baseline. Namun, ketika PPKM berlangsung, angka ini mengalami kenaikan menjadi -34,44%. Hal ini menunjukkan peningkatan mobilitas sekitar 12,4%. Kenaikan juga terlihat pada mobilitas di taman yang meningkat hingga 41,1%.

Selain di stasiun, transportasi umum, dan taman, peningkatan mobilitas juga terjadi di tempat kerja, tempat rekreasi, serta di toko bahan makanan dan farmasi, seperti terlihat pada grafik berikut.
 


 

Mobilitas di tempat kerja memang terjadi kenaikan dari masa PSBB Transisi ke masa PPKM. Namun, kenaikan tersebut tidaklah tinggi, karena perkantoran yang masih memberlakukan 50% kapasitasnya untuk pegawai bekerja di kantor. 

Kemudian, dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, mobilitas masyarakat di tempat rekreasi pada masa PSBB Transisi menurun hingga -33,74%. Namun, ketika masa PPKM diterapkan, penurunan hanya berkisar di angka -25,44%. Hal ini menunjukkan peningkatan mobilitas di tempat rekreasi selama pemberlakuan masa PPKM. Peningkatan mobilitas juga terlihat di toko bahan makanan dan farmasi sekitar 6,83%. 

Kenaikan Jumlah Pejalan Kaki dan Pengendara

Dari grafik di bawah, kita dapat melihat rata-rata perubahan volume perjalanan dengan kaki (walking) pada masa PSBB Transisi lebih rendah (sekitar 10,83% dari baseline) dibandingkan pada masa PPKM (sekitar 25,5% dari baseline).

Peningkatan tersebut juga sejalan dengan volume perjalanan dengan berkendara (driving) pada masa PSBB Transisi yang lebih rendah (sekitar -1,38% dari baseline) dibandingkan pada masa PPKM (sekitar 4% dari baseline).

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat mobilitas berjalan dan berkendara pada periode PPKM (bar ungu) lebih tinggi atau mengalami kenaikan daripada masa PSBB Transisi (bar biru).

Menarik Rem Mobilitas Kembali di Jakarta


Visualisasi data di atas menunjukkan bahwa PSBB Transisi berhasil mengurangi mobilitas di luar rumah dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Meski telah ada beberapa kelonggaran dalam peraturan pembatasan sosial, warga DKI Jakarta terbukti dapat mengurangi laju mobilitasnya. Namun, sejak awal 2021, terutama ketika PPKM diberlakukan, jalan terlihat lebih ramai, kemacetan pun mulai tampak. Hal ini ternyata didukung dengan visualisasi yang telah ditampilkan bahwa pada masa PPKM, mobilitas warga di luar rumah mulai mengalami kenaikan dibandingkan dengan masa PSBB Transisi. Jika hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin mobilitas di DKI Jakarta akan kembali seperti masa sebelum pandemi, padahal pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Hal ini dapat terlihat dari jumlah kasus aktifdi Jakarta per 7 Mei 2021 sebanyak 7.249 kasus. 

Data ini menjadi sebuah alarm bagi kita untuk kembali menarik rem mobilitas dan sebisa mungkin mengurangi pergerakan di luar rumah. Jika kita berhasil mengurangi mobilitas pada tahun lalu, maka tentu kita juga bisa kembali mengurangi mobilitas pada tahun ini, sehingga dapat menahan penyebaran kasus Covid-19 yang belum selesai. 

Dengan semangat saling menjaga dan menuntaskan pandemi Covid-19 di Jakarta, yuk kita sama-sama mengurangi aktivitas di luar rumah dan mengetatkan kembali protokol kesehatan.

Artikel Covid-19 Lainnya

Vaksinasi booster kedua ada di Puskesmas Kecamatan dan RSUD. Gak perlu daftar, kamu tinggal bawa KTP atau tiket vaksinasi. Baca selengkapnya di sini.

Sudah dapat vaksin booster kedua? Berikut panduan vaksinasi di Jakarta untuk jadi acuan kamu jika ingin mendaftar. Baca di sini.

Vaksin Covid-19 sudah ada di depan mata. Mari kita gali lebih dalam alasan mengapa kamu harus vaksinasi Covid-19!

Apakah kamu masih ragu untuk divaksinasi? Tidak perlu khawatir. Vaksinasi Covid-19 ini aman dan punya banyak manfaat, loh.

Booster kedua Covid-19 sudah ada di fasilitas kesehatan Jakarta. Punya pertanyaan terkait pendaftarannya atau vaksin? Dapatkan jawabannya di sini.

Vaksin booster kedua udah ada di Jakarta! Apa aja sih manfaatnya? Cari tahu di sini, ya.