25 Sep 2020

Contact Tracing dan Check-Point Monitoring: Apa dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Oleh:-

Editor:

25 Sep 2020

Jakarta masih belum lepas dari pandemi Covid-19. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti pada masa awal pandemi pun kini berlaku lagi sebagai kebijakan rem darurat (emergency brake policy). Rem darurat adalah salah satu upaya fencing (pembatasan gerak) untuk menekan angka penularan Covid-19 di Jakarta. Kebijakan ini tentu akan semakin efektif bila terus dibarengi dengan berbagai upaya lain, semisal tracing (pelacakan) yang tidak kalah penting. Untuk melakukan pelacakan terhadap kasus Covid-19 di Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya untuk melakukan contact tracing dan check-Point monitoring. Apakah itu?
 

Apa ituContact Tracing?

Menurut Journal Healthcare Management Science, contact tracing (pelacakan kontak) merupakan kunci untuk memperlambat atau bahkan menghentikan penyebaran penyakit menular. Hal ini tentu juga berlaku untuk penyakit Covid-19. Contact tracingadalah usaha tenaga kesehatan untuk mencari tahu siapa saja orang yang melakukan kontak dengan pasien yang terkena penyakit menular, untuk menghentikan persebaran lebih luas.

Dalam kasus Covid-19, penularan virus terjadi melalui droplet, yaitu percikan liur yang keluar ketika seseorang berbicara, batuk, atau bersin. Penularan dapat terjadi apabila seseorang yang positif Covid-19 bertatap muka dengan orang lain dalam jarak kurang dari dua meter selama sekitar 15 menit. Maka, untuk melakukan penelusuran kontak dari kasus positif Covid-19, pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19 akan diajukan beberapa pertanyaan terkait pergi ke tempat mana saja selama 14 hari terakhir dan bertemu siapa saja. Hal ini karena orang-orang yang memiliki kontak erat dengan pasien dapat tertular dan menularkan kepada orang lain yang lebih luas. 

Untuk memperlambat dan menghentikan persebaran virus, orang-orang yang diketahui kontak dekat dengan pasien akan dihubungi, kemudian diinformasikan terkait kontak erat dengan pasien positif Covid-19.
 

Orang yang kontak erat dengan pasien akan diminta untuk waspada, memerhatikan gejala dan memeriksakan diri apakah dirinya ikut terinfeksi atau tidak, juga melakukan isolasi agar penyebaran virus Corona tidak meluas. 

Dengan melakukan pelacakan kontak fisik (contact tracing), Dinas Kesehatan DKI Jakarta dapat mengetahui siapa saja yang berkontak erat dengan pasien positif, daerah-daerah mana yang warganya banyak terkena Covid-19, serta mengetahui klaster-klaster tempat penyebaran Covid-19. Dengan demikian, baik pemerintah maupun masyarakat dapat berupaya untuk menghentikan penularan virus, dengan mengurangi jumlah orang pembawa virus yang berkegiatan. 

Apa ItuCheck-Point Monitoring?

Seperti yang telah kamu tahu, Covid-19 merupakan penyakit yang dapat menular melalui droplet, apabila berjarak cukup dekat antara satu orang dengan orang lain. Oleh karena itu, menjaga jarak dengan orang lain sangatlah penting, dengan menghindari kerumunan sebagai salah satu upayanya. 

Untuk menghindari tempat-tempat yang berisi banyak orang dan meminimalisasi penularan, maka check-point monitoring menjadi penting. 
 

Check-point monitoring merupakan sistem monitoring di berbagai gedung di Jakarta yang banyak dikunjungi orang, seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan. Setiap orang yang akan memasuki suatu gedung akan melakukan check-in dan check-out, baik secara manual maupun dengan scan barcode. Dengan check point monitoring, setiap orang yang masuk ke dalam gedung dapat diketahui berapa jumlahnya. 

Sesuai peraturan PSBB di mana perkantoran hanya boleh beroperasi dengan 25% karyawan dan tempat umum lainnya hanya boleh berisi 50% dari kapasitas, check-point monitoring akan mendeteksi gedung mana yang melebihi kapasitas dari yang telah ditentukan, sehingga berisiko tinggi terhadap penularan.
 

JAKI Bikin Gampang Melacak Kasus Covid-19 di Jakarta

Dengan konsep kota cerdas yang memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan kota, DKI Jakarta berusaha untuk meningkatkan upaya tracing dengan menggunakan teknologi berbasis aplikasi smartphone. Dengan aplikasi tracing tersebut, warga dapat melindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya, sekaligus dapat membantu pemerintah dalam melakukan upaya tracing

Untuk memudahkanmu, JAKI menyediakan fitur Jejaki. Inilah pintu gerbang menuju aplikasi contact tracing dan check-point monitoring yang dapat kamu pilih. 

Semakin banyak partisipasi warga DKI Jakarta yang menggunakan aplikasi contact tracing dan check-point monitoring, maka upaya pelacakan kasus Covid-19 di ibu kota akan lebih baik lagi. Dengan upaya pelacakan yang semakin baik, pengendalian persebaran kasus dapat ditangani secara baik pula. Dengan ikut berpartisipasi, kamu tidak hanya melindungi diri sendiri, keluarga, dan teman-temanmu, tapi juga telah menjadi bagian dari perubahan menuju Jakarta yang lebih sehat, aman, dan produktif. 

Yuk, unduh JAKI dan dapatkan berbagai kemudahan pada masa pandemi ini. 

Artikel Covid-19 Lainnya

Vaksinasi booster kedua ada di Puskesmas Kecamatan dan RSUD. Gak perlu daftar, kamu tinggal bawa KTP atau tiket vaksinasi. Baca selengkapnya di sini.

Sudah dapat vaksin booster kedua? Berikut panduan vaksinasi di Jakarta untuk jadi acuan kamu jika ingin mendaftar. Baca di sini.

Vaksin Covid-19 sudah ada di depan mata. Mari kita gali lebih dalam alasan mengapa kamu harus vaksinasi Covid-19!

Apakah kamu masih ragu untuk divaksinasi? Tidak perlu khawatir. Vaksinasi Covid-19 ini aman dan punya banyak manfaat, loh.

Booster kedua Covid-19 sudah ada di fasilitas kesehatan Jakarta. Punya pertanyaan terkait pendaftarannya atau vaksin? Dapatkan jawabannya di sini.

Vaksin booster kedua udah ada di Jakarta! Apa aja sih manfaatnya? Cari tahu di sini, ya.