Pengalaman Bersepeda dan Jalan Kaki di Jakarta
Di Jakarta, kesadaran masyarakat untuk beralih ke transportasi yang lebih ramah lingkungan mulai nyata terlihat. Terutama sejak masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada 2020 lalu, pengguna sepeda di Jakarta meningkat berkali-kali lipat.
Untuk mengetahui apa yang terjadi di balik fenomena tersebut, Jakarta Smart City mewawancarai beberapa warga yang tergabung dalam komunitas Bike2Work dan orang yang rutin berjalan kaki di Jakarta.
Alasan Bersepeda dan Jalan Kaki di Jakarta
Pei Adanya (52 tahun), seorang pegawai BUMN yang tergabung dalam komunitas Bike2Work, berbagi kisah kesehariannya bepergian menggunakan sepeda. “Dulunya dari hobi, lalu di 2012 saya mulai mencoba sepedaan ke kantor, dan di tahun 2017 mulai rutin ke kantor pakai sepeda. Jadi buat saya sepeda itu sebagai sarana transportasi ke kantor dan ke tempat-tempat lain,” ujarnya.
Selain Pei, terdapat ribuan warga Jakarta lainnya yang memilih sepeda sebagai moda transportasi utama. Kapsul Mabruri (32 tahun) adalah salah satu pesepeda lainnya. Sebagai tenaga PJLP (Penyedia Jasa Lainnya Perorangan) di instansi pemerintah Kecamatan Gambir, selain bersepeda untuk ke kantor, ia juga menggunakan sepeda saat bekerja, “Sepeda sudah saya gunakan untuk mobilitas sehari-hari. Di kantor juga menggunakan sepeda untuk mendampingi pimpinan monitoring wilayah, dan untuk mengirim dokumen antarinstansi.”
Alasan warga yang memilih untuk bersepeda dan berjalan kaki sangatlah beragam. Ada yang melakukannya sebagai upaya mengurangi polusi kendaraan bermotor, karena alasan ekonomi, ataupun kesehatan.
Cerita unik datang dari Uzza Ulviana (26 tahun), seorang pegawai swasta yang kini rutin berjalan kaki di Jakarta, setelah mengalami cedera kaki. “Jadi waktu itu saya ada cedera engkel (kaki) dan setelah diperiksa tulang kaki saya sudah menunjukkan tanda penuaan tulang. Kata dokter, untuk umur saya (saat ini) itu terlalu cepat. Jadi dianjurkan untuk banyak jalan kaki dan terkena sinar matahari,” tuturnya. Sejak saat itu, Uzza mulai rajin berjalan kaki ke tempat-tempat yang dapat dijangkau, seperti pergi dan pulang kantor, menuju halte Transjakarta, dan ke tempat-tempat lainnya.
Cerita lainnya berasal dari seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) Wali Kota Jakarta Pusat bernama Indra (44 tahun). Ia mengaku, bersepeda di Jakarta membuatnya bertemu dengan banyak teman. “Selama bersepeda ke kantor atau ke tempat apa pun itu jadi tambah saudara di jalanan, dan juga jadi agak irit pengeluaran untuk konsumsi kendaraan ya,” ujarnya.
Kapsul Mabruri bersama Bike2Work
Berdasarkan penuturan-penuturan tersebut, terbukti bahwa minat bersepeda dan berjalan kaki di ibu kota cukup tinggi. Minat itu tentunya perlu didukung dengan fasilitas yang memadai, agar pengalaman bersepeda dan berjalan kaki jadi menyenangkan. Namun, sudahkah Jakarta menjadi kota yang ramah pesepeda dan pejalan kaki? Bagaimana pengalaman para pesepeda dan pejalan kaki di Jakarta?
Cerita Unik Pesepeda dan Pejalan Kaki di Jakarta
Indra bersepeda di Jakarta
Tinggal di sebuah kota yang memiliki akses mobilitas yang baik, nyaman, dan terintegrasi tentunya menjadi impian banyak orang. Bagi warga yang tinggal di kota metropolitan dengan banyak mobil, motor, serta gedung-gedung tinggi seperti Jakarta, bersepeda dan berjalan kaki tak lepas dari beragam tantangan.
Bayu (40 tahun), seorang pegawai BUMN yang juga merupakan anggota Bike2Work, menceritakan kewaspadaannya saat bersepeda di jalan yang padat kendaraan bermotor. “Untuk bersepeda di hari biasa memerlukan tingkat kehati-hatian dan kesabaran yang tinggi, mungkin untuk weekend bisa lebih santai,” ujarnya.
Dahulu, pengalaman tak mengenakkan juga sempat dirasakan oleh Kapsul, “Saya pernah jatuh disenggol pemotor saat bersepeda di Permata Hijau. Rasanya seperti mau meninggal. Jungkir baliknya slow motion, hahaha,” kisahnya.
Dari cerita-cerita tersebut, terlihat bahwa ada hal-hal yang perlu dibenahi agar bersepeda dan berjalan kaki terasa aman serta nyaman, baik dari segi fasilitas maupun kebiasaan pengguna jalan. Karena itu, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen untuk terus memperbaiki fasilitas yang ada, demi mewujudkan smart mobility di Jakarta.
Fasilitas Bersepeda dan Jalan Kaki di Jakarta
Sebagai upaya untuk mengakomodasi pesepeda, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menargetkan pembangunan jalur sepeda sepanjang 190 km di Jakarta pada 2022. Pada tahun yang sama, Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta berencana merevitalisasi sepanjang 20,003 km trotoar di Jakarta, setelah sebelumnya merevitalisasi 337,02 km trotoar pada 2016–2021.
Upaya pembangunan dan perbaikan fasilitas jalan oleh Pemprov DKI Jakarta ini ternyata telah dirasakan dampaknya oleh para pesepeda dan pejalan kaki di Jakarta.
“Bersepeda di ibu kota saat ini makin nyaman, karena sudah tersedia jalur sepeda terproteksi. Pengendara lain pun sudah mulai menerima bahwa sepeda juga merupakan transportasi. Parkir sepeda sudah tersedia di mana mana, (di) transportasi massal sudah boleh bawa sepeda, ruang ganti pesepeda juga sudah tersedia di beberapa tempat,” cerita Kapsul soal fasilitas bersepeda di Jakarta saat ini.
Selain pesepeda, pejalan kaki juga merasakan efek positif dari program revitalisasi trotoar. Naura Nady (23 tahun), seorang content writer, menceritakan pengalamannya berjalan kaki di trotoar yang telah direvitalisasi. “Sebenarnya kalau berjalan di trotoar yang sudah direvitalisasi itu bener-bener nyaman banget, karena luas dan enggak ada hambatan dari transportasi lain. Kan biasanya kalau enggak ada trotoar, jalannya bareng sama mobil, motor. Nah, kalau di trotoar yang sudah direvitalisasi tuh lebih aman gitu, terus jalanannya enggak bolong-bolong,” ujarnya.
Tentunya, masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan agar bersepeda dan berjalan kaki di Jakarta benar-benar aman dan nyaman. Salah satunya fasilitas pendukung seperti tempat parkir untuk sepeda.
Saat ditanya mengenai fasilitas yang diharapkan, Pei menjelaskan pentingnya keberadaan fasilitas yang satu ini. “Tempat parkir itu penting. Bukan hanya tempatnya, tapi keamanannya juga. Karena naik sepeda itu kan enggak harus dari rumah sampai tempat tujuan ya, tapi itu bisa buat commuting ke stasiun, abis itu naik kereta, naik busway gitu. Nah, cuma tempat parkirnya harus benar-benar aman buat kita taruh sepeda,” katanya.
Selain fasilitas, kebiasan pengguna jalan ternyata perlu diperhatikan pula. Walaupun kini fasilitas semakin baik, Indra merasa ada tantangan lain yang perlu dihadapi saat bersepeda di Jakarta. “Fasilitas sepeda di Jakarta sebenarnya sudah oke ya, tapi kembali lagi ke pengguna jalan (pribadi masing-masing). Jalur terproteksi sepeda sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman masih sering dirampok oleh pengguna sepeda motor dan kadang ada mobil yang masuk,” keluhnya. Kekhawatiran ini menyadarkan kita bahwa edukasi dan tindak tegas untuk pengguna jalan yang melanggar aturan perlu digalakkan.
Mewujudkan Jakarta Ramah Pesepeda dan Pejalan Kaki
Meski masih terdapat tantangan saat bersepeda dan berjalan kaki di Jakarta, namun dapat kita lihat, dengan komitmen serta usaha bersama Pemprov, warga Jakarta, maupun berbagai komunitas, harapan menjadikan Jakarta sebagai kota ramah pesepeda dan pejalan kaki sangat dapat diwujudkan.
Untuk mendukung hal tersebut, sebagai warga Jakarta kita dapat memanfaatkan serta merawat fasilitas yang ada, memberi saran yang membangun kepada stakeholder terkait, dan yang paling penting membangun kesadaran masing-masing untuk menghormati sesama pengguna jalan.
Yuk, sama-sama kita jadikan Jakarta kota yang ramah pesepeda dan pejalan kaki!