22 Mar 2022

Ngobrolin Transportasi Berkelanjutan Bareng ITDP Indonesia

Oleh:Syora Alya Eka Putri

Editor:Aditya Gagat Hanggara

22 Mar 2022

Awal Maret 2022, 30 bus listrik Transjakarta resmi beroperasi dalam empat rute non-BRT. Kehadiran bus listrik mewujudkan salah satu indikator smart city, yaitu smart environment. Sebab, transportasi publik yang satu ini menghasilkan rendah emisi dan minim polusi suara. Oleh karena itu, bus listrik tersebut jadi salah satu contoh transportasi massal yang berkelanjutan di Jakarta. 

Sebelum membahas transportasi berkelanjutan itu, ada nih salah satu organisasi non-profit yang bergerak dalam memelopori kebijakan serta proyek transportasi berkelanjutan dan mengakomodasi kesetaraan, yaitu Institute for Transportation and Development Policy (ITDP). Singkatnya, ITDP secara konsisten memberikan rekomendasi dan asistensi kepada pemerintah kota, termasuk untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan di kota besar seperti Jakarta. Hmmm, apa sih transportasi berkelanjutan itu? Baca penjelasan dari ahlinya dalam artikel ini, yuk!

Apa Itu Transportasi Berkelanjutan?

“Transportasi berkelanjutan merupakan transportasi yang mempertimbangkan dampak dari transportasi itu sendiri terhadap keberlanjutan secara lingkungan dan sosial. Makanya, transportasi yang berkelanjutan sering dihubungkan dengan emisi atau inklusivitas juga,” jelas Rifqi. Jakarta Smart City berkesempatan untuk berbincang dengan Rifqi Anam selaku Transport Assistant di ITDP. Lalu, ia mengungkapkan, transportasi berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dari lingkungan, ekonomi, serta ketahanan energi.

Tiga Framework Transportasi Berkelanjutan

Gambaran dari transportasi berkelanjutan itu menghasilkan emisi yang rendah dan mudah diakses oleh publik. Ada tiga framework-nya, yaitu avoid, shift, dan improveAvoid adalah mengurangi perjalanan dengan kendaraan bermotor melalui perencanaan kota terpadu dan berorientasi transit. Sedangkan shift adalah peralihan transportasi pribadi ke transportasi publik, berjalan kaki dan bersepeda. Sementara improve adalah meningkatkan efisiensi bahan bakar dan operasional kendaraan melalui pengembangan teknologi dan optimalisasi perencanaan. “Contohnya, bus Transjakarta dari bus diesel ke bus listrik itu masuknya ke framework yang improve,” tambah Rifqi. 

Selain tiga framework di atas, berdasarkan studi yang dilakukan oleh ITDP Global, ada tiga indikator untuk menentukan mobilitas berkelanjutan, yaitu kedekatan (proximity) ke transportasi publik, aksesibilitas, serta karakteristik kota. Kedekatan adalah adanya masyarakat yang tinggal dalam kawasan rapid transit dan mudah diakses oleh publik, termasuk warga berpenghasilan rendah. Sedangkan aksesibilitas dapat diartikan ketika semakin banyak pekerjaan yang dapat diakses melalui rapid and frequent transit, atau enggak lebih dari 60 menit untuk diakses melalui transportasi publik. Kemudian, indikator ketiga terkait kota yang perlu memiliki tata guna lahan yang baik dan menjadi kota terpadu yang memiliki infrastruktur pejalan kaki, pesepeda, serta transportasi publik yang baik. 

Transportasi Massal Berbasis Listrik dan Tantangannya

Seperti di awal pembahasan, salah satu transportasi berkelanjutan di Jakarta adalah bus listrik. Menurut Rifqi, ada beberapa manfaat dengan keberadaan bus listrik, seperti menghasilkan emisi yang rendah, polusi suara minim (less noise), serta dari segi operasional dan perawatannya bisa lebih hemat karena komponen bus listrik tidak sekompleks bus diesel. Manfaat bus listrik ini tidak hanya bisa dirasakan saat ini saja, tapi juga untuk beberapa tahun lagi, karena bisa mengurangi emisi gas buang yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, program 100 bus listrik yang dilakukan Pemprov DKI menjadi salah satu upaya yang baik untuk menyediakan transportasi massal yang ramah lingkungan. 

“Program pilot 100 bus listrik di Jakarta ini, menurut kami (ITDP), merupakan langkah awal yang baik untuk mewujudkan transportasi publik yang nol emisi di Jakarta. Karena, dari data yang kami punya, emisi gas rumah kaca dan polusi udara di Jakarta berdasarkan jenis modanya itu bus termasuk yang tinggi. Nah, jika bus ini dielektrifikasikan hampir seluruhnya, ya dampaknya akan sangat baik buat Jakarta, karena polusi dari bus track record-nya tinggi,” ungkap Rifqi.

Namun, selain banyak manfaatnya, terdapat juga tantangan yang dihadapi bus listrik. Seperti memastikan ketersediaan infrastruktur yang cukup untuk tempat pengisian daya transportasi listrik. Hal ini penting untuk menjawab kekhawatiran tentang transportasi listrik yang tiba–tiba mogok karena kehabisan energi, atau biasa disebut range anxiety. Jadi, untuk pengoperasian transportasi massal listrik ini ada ketentuannya, hingga dipastikan nyaman untuk digunakan oleh publik. Dari bentuk interiornya, tidak ada perbedaan antara bus listrik dan diesel. Letak perbedaannya hanya teknologi pengisian dayanya, listrik atau diesel. 

Meskipun begitu, masih ada tantangan yang dihadapi bus listrik seperti infrastruktur pengisian daya dan kondisi banjir di Jakarta. "Rekomendasi kami, bus listrik harus memiliki sisa energi 20-30% untuk energi cadangan, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di jalan, jika bus terhambat sampai ke stasiun pengisian daya. Mengenai banjir, baterai bus listrik telah memiliki standar yang mengatur ketahanan baterai jika terkena air, di mana baterai tersebut diberi lapisan pelindung khusus agar terlindung dari air." 

Belum cukup sampai di situ. Masih ada tantangan lain yang perlu diperhatikan, yaitu perlu ada ekosistem yang bisa mendukung keberhasilan penurunan emisi dari transportasi massal bertenaga listrik. Seperti pembiayaan untuk pengadaan kendaraan dan penyediaan fasilitas pengisian daya untuk transportasi massal bertenaga listrik dan pendukungnya. Selain itu, untuk mengoptimalkan penurunan emisi, kita tetap perlu untuk mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan lainnya dengan menyediakan infrastruktur pendukung  termasuk fasilitas pejalan kaki dan pesepeda yang aksesibel, aman dan terproteksi, melakukan pembatasan kendaraan pribadi dengan penerapan electronic road pricing (ERP) dan low emission zone (LEZ). Pemerintah berkolaborasi dengan pihak-pihak lainnya juga perlu membangun kesadaran publik tentang pentingnya menggunakan moda transportasi yang berkelanjutan melalui  knowledge transfer dan  kampanye.  

Kesimpulannya, transportasi massal bertenaga listrik memiliki manfaat besar bagi lingkungan, karena mengurangi polusi udara dan suara. Transportasi dengan teknologi listrik ini sedang dibangun secara bertahap oleh Pemprov DKI Jakarta, begitu pula fasilitas pendukung lainnya. Nah, sekarang giliranmu, Smartcitizen. Kamu dapat berkontribusi dalam mendukung program tersebut, dengan menggunakan transportasi umum saat bermobilitas di Jakarta, termasuk bus listrik yang nyaman dan ramah lingkungan. Selain itu, Smartcitizen pun bisa mencari tahu bagaimana perkembangan kebijakan seputar transportasi berkelanjutan melalui media sosial ITDP Indonesia @itdpindonesiaatau membaca publikasi lainnya secara lengkap lewat situs ITDP Indonesia, ya! 


 

Artikel Smart Mobility Lainnya

Jakarta punya 32 bus sekolah rute reguler dan 15 bus sekolah rute zonasi, loh. Ini daftar rute, waktu operasi, dan sekolah yang dilewati.

Mau ke Jakarta Fair Kemayoran? Perhatikan dulu panduan transportasi ini supaya memudahkanmu berkunjung.

Transjakarta sekarang bisa dilacak secara live di Google Maps! Yuk, ketahui cara live tracking, supaya perjalananmu lebih menyenangkan.

Walaupun berhubungan, JakLingko dan Mikrotrans adalah dua hal yang berbeda. Jangan sampai keliru, ya!

Rute Transjakarta dan JakLingko mengalami penyesuaian. Buat kamu pengguna setia moda transportasi publik ini, yuk cek rute terkininya!

MRT Jakarta sudah lima tahun beroperasi. Baru mau mencoba? Ini cara beli tiket dan tarifnya.