Mengenal Transit Oriented Development di Jakarta
Buat kamu yang tinggal maupun bekerja di Jakarta, barangkali sudah tak asing lagi menyaksikan kemacetan Ibu Kota. Namun, tahukah kamu, kemacetan sebenarnya bukanlah masalah baru? Gejala kemacetan di Jakarta sudah mulai terlihat sejak 1965, dan berpuluh-puluh tahun kemudian pun problematika ini masih terjadi.
Pada 2023, riset TomTom International BVmenyatakan bahwa indeks kemacetan Jakarta menduduki peringkat ke-29 di dunia. Untuk menempuh perjalanan per 10 kilometer, pengguna kendaraan di Jakarta harus menghabiskan waktu selama 22 menit 40 detik.Â
Dari tahun ke tahun, pemerintah Jakarta berupaya meminimalkan kemacetan, dengan mempersiapkan masyarakat agar dapat beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi umum. Sederet upaya telah ditempuh, seperti pembangunan dan revitalisasi infrastruktur transportasi umum, hingga implementasi konsep tata kota yang dapat mempermudah setiap orang dalam menggunakan transportasi umum, yakni Transit Oriented Development (TOD).Â
Apa itu Transit Oriented Development? Bagaimana konsep ini dapat membuat akses transportasi umum lebih mudah bagi masyarakat Jakarta? Lalu, apakah penerapannya efektif mengatasi macet? Baca artikel ini untuk cari tahu lebih lanjut, ya. Â
Kawasan Transit Oriented Development di Jakarta
Transit Oriented Development atau Kawasan Berorientasi Transit merupakanpola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi. TOD memiliki tujuan agar permukiman warga, pusat perdagangan, pusat jasa, perkantoran, ruang terbuka, ruang publik, dan layanan masyarakat lainnya dapat diakses dengan mudah satu sama lain hanya dengan berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum, melalui halte maupun tempat-tempat transit yang berjarak dekat.
TOD umumnya mencakup transit pusat, seperti stasiun kereta api, terminal bus, maupun bandara yang di sekelilingnya dirancang sebagai area dengan kepadatan tinggi. Daerah terpadat dari TOD biasanya berlokasi 400-800 meter di sekitar pemberhentian pusat agar tetap efektif bagi pejalan kaki.
Pengembangan kawasan berorientasi transit sudah dimulai sejak MRT pertama kali dikembangkan di Jakarta pada 2015, melalui pemanfaatan lahan di sekeliling stasiun untuk properti. PT MRT Indonesia pun mengembangkan konsep TOD dalam pembangunan stasiun MRT tahap pertama dengan rute Lebak Bulus-Dukuh Atas. Adapun Stasiun Lebak Mulus, Fatmawati, Cipete, Blok M, dan Dukuh Atas dijadikan TOD maksimum. Sedangkan Stasiun Senayan, Istora, dan Bendungan Hilir dikembangkan sebagai TOD medium. Sementara Stasiun Haji Nawi, Blok A, Sisimangaraja, dan Setiabudi dijadikan kawasan TOD minimum.
Dukuh Atas menjadi kawasan pertama yang dikembangkan sebagai Transit Oriented Development. Adapun kawasan Dukuh Atas dirancang untuk memiliki sejumlah pembangunan seperti:Â
- Simpang Temu Dukuh Atas yang berfungsi sebagai area transit hub bagi Transjakarta, Commuter Line, Kereta Bandara, MRT, serta ojek daring. Selain itu juga berfungsi sebagai area perkantoran dan bisnis;Â
- Serambi Temu Dukuh Atas atau jembatan penyeberangan multiguna yang berfungsi menghubungkan Stasiun LRT Jabodetabek dan Stasiun KCI Sudirman, serta melintasi Banjir Kanal Barat. Beragam fitur yang disediakan yakni akses sepeda, elevator, tangga, lift, dan pertokoan;
- Pedestrian Tunnel Plaza UOB yakni terowongan bagi pejalan kaki yang menghubungkan Stasiun MRT Dukuh Atas dan UOB Plaza. Terowongan didesain ramah disabilitas serta dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti retail dan ruang penyimpanan;Â
- Pedestrianisasi Jalan Blora yaitu bagian dari peningkatan konektivitas Dukuh Atas yang mendukung fungsi transit di Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun MRT Sudirman;
- Hunian terjangkau untuk masyarakat yang dekat dengan pusat kegiatan, layanan publik, serta transportasi umum.
Sementara, kawasan Lebak Bulus dikembangkan dengan inovasi sebagai berikut:Â
- Transit Plaza depan Poins, yakni plaza transit berupa jembatan layang yang menyambungkan Stasiun MRT Lebak Bulus Grab dengan Poins Square;Â
- Simpang Temu Lebak Bulus berupa hub yang menghubungkan Stasiun MRT Lebak Bulus Grab ke Poins Square dan dilengkapi dengan fasilitas lift, eskalator, tangga, serta parkir sepeda;
- Park and Ride Lebak Bulus yakni bangunan yang berfungsi sebagai apartemen, retail, dan area parkir;
- Hunian terjangkau untuk masyarakat yang dekat dengan pusat kegiatan, layanan publik, serta transportasi umum.
Sedangkan kawasan Blok M menyediakan tiga fasilitas baru yang dikembangkan, yakni:Â
- Peremajaan Taman Martha Tiahahu menjadi taman literasi. Di sana masyarakat bisa membaca buku fisik maupun buku digital. Taman Literasi Martha Tiahahu juga menyediakan area amfiteater, arena bermain anak, hingga kedai kopi dan gerai makanan;
- Plaza Transit Mahakam yang berfungsi sebagai Ruang Usaha Terjangkau, kegiatan komersial, serta penataan taman;
- Hunian terjangkau untuk masyarakat yang dekat dengan pusat kegiatan, layanan publik, dan transportasi umum.
Pengembangan Istora-Senayan sebagai Kawasan Berorientasi Transit meliputi:
- Pedestrian Tunnel Menara Mandiri yakni terowongan yang menghubungkan antara Stasiun MRT Istora-Mandiri dengan Menara Mandiri yang dirancang ramah disabilitas dan dilengkapi dengan pertokoan;
- Hunian terjangkau untuk masyarakat yang dekat dengan pusat kegiatan, layanan publik, serta transportasi umum.
Kawasan Fatmawati dilengkapi dengan pengembangan Hunian Terjangkau Lahan One Belpark, yakni Rumah Susun Terjangkau (RST) bagi masyarakat agar dapat memiliki hunian dengan lokasi strategis yang dekat dengan pusat kegiatan, layanan publik, dan transportasi umum.Â
Pembangunan Transit Oriented Development terus diperluas dan dikembangkan di kawasan-kawasan lainnya dengan fokus yang dapat beragam. Di Stasiun Cipete, Blok A, dan Haji Nawi, misalnya, pengembangan TOD mendorong pemerataan kegiatan berbelanja bagi pejalan kaki, pesepeda, serta pengguna transportasi umum. Menunjukkan keseriusan dalam pembangunan TOD, PT MRT Jakarta (Perseroda) bersama PT Transportasi Jakarta bahkan meluncurkan anak perusahaan baru, yakni PT Integrasi Transit Jakarta, yang secara speisifik bertugas mengelola kawasan berorientasi transit di Jakarta.Â
Mengapa Transit Oriented Development?
Transit Oriented Development tak hanya dinilai mampu mengintensifkan penggunaan transportasi umum sebagai solusi bagi kemacetan, tapi secara holistik juga bermanfaat terhadap kualitas hidup masyarakat. Tingkat kepadatan penduduk Jakarta yang tinggi serta keterbatasan lahan memunculkan kawasan hunian kumuh yang tak layak di pusat kota. Fasilitas hunian vertikal yang kerap ditawarkan di kawasan-kawasan TOD dapat memberikan tempat tinggal yang layak bagi warga, dengan akses terjangkau ke destinasi yang mereka butuhkan sekaligus meningkatkan nilai properti. Pertokoan dan ruang-ruang hijau yang dapat ditempuh dengan jarak dekat dari hunian juga dapat menunjang perekonomian, lingkungan daerah, serta mendorong gaya hidup sehat dan aktif bagi masyarakat.Â
Untuk menjamin bahwa tujuan tersebut dapat tercapai, PT MRT Jakarta membangun Transit Oriented Development dengan delapan prinsip, yaitu:Â
- Fungsi campuran dalam radius tempuh jalan kaki dari setiap stasiun, yakni fungsi komersial, perkantoran, kelembagaan, hunian, dan fasilitas umum;
- Kepadatan tinggi di sekitar stasiun transit yang sesuai daya dukung kawasan;
- Peningkatan kualitas konektivitas sederhana, langsung, serta intuitif yang mendukung mobilitas menuju, dari, dan di antara stasiun yang bebas kendaraan bermotor serta memiliki sistem penanda yang jelas;
- Peningkatan kualitas hidup;
- Penunjangan keadilan sosial;Â
- Penunjangan keberlanjutan lingkungan;Â
- Penunjangan ketahanan infrastruktur;
- Pembaruan ekonomi.Â
Meski begitu, proyek Transit Oriented Development masih perlu diawasi bersama nih, Smartcitizen. Saat ini pun berbagai pemangku kepentingan sedang menyusun skema bisnis dan pengembangan TOD. Misalnya, PT MRT Jakarta (Perseroda) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang menyepakati pengembangan kawasan TOD di Taman Mini Indonesia Indah.Â
Gimana, Smartcitizen? Tertarik dengan Transit Oriented Development? Mari kita tunggu inovasi kawasan berorientasi transit selanjutnya di Jakarta, ya. Ingat, kalau sudah ada fasilitasnya, jangan lupa kita jaga bersama!Â