Lima Tempat Berburu Takjil di Jakarta
Berpuasa tak lengkap rasanya tanpa takjil. Biasanya, ada beberapa makanan atau minuman yang menjadi takjil favorit orang-orang pada bulan puasa, seperti kurma, kolak, sop buah, hingga gorengan. Namun, buatku, takjil paling favorit yang tak boleh kulewatkan setiap bulan puasa adalah bubur kampiun. Sayangnya, jajanan khas Sumatera Barat itu selama ini belum pernah aku temukan di Jakarta.Â
Bulan puasa kali ini, aku menyempatkan diri untuk berburu berbagai bubur kampiun sebagai takjil berbuka puasa. Aku memulai pencarian di beberapa sentra maupun pasar takjil yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta. Berikut ini tempat-tempat yang kukunjungi.Â
Jalan Panjang
Setiap bulan Ramadan, Jalan Panjang di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dipenuhi oleh para pedagang makanan dan minuman khas berbuka puasa. Mulanya, aku memang sedikit kesulitan mencari lokasi jalan. Untungnya, ada fitur JakPeta di JAKI yang cukup membantuku mencari lokasi jalan. Selanjutnya, tinggal menyusuri jalan sembari mencari bagian yang banyak pedagang.
Jalan Panjang memang telah menjadi destinasi favorit masyarakat untuk berburu takjil sejak lama. Salah satu penyebabnya adalah karena Jalan Panjang yang mengarah ke Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, kerap dilalui masyarakat pada jam-jam pulang kantor. Selain itu, jajanan yang dijual pun beragam, mulai dari gorengan, makanan berat seperti lontong, hingga aneka es. Sayangnya, saat aku berkunjung, takjil yang kucari sudah habis terjual.Â
Beberapa pedagang di Jalan Panjang ada yang berjualan lebih awal, yakni dari pukul 14.00 WIB. Tetapi, banyak juga pedagang yang mulai berjualan pada sore hari. Kalau mencari takjil di sini, kamu perlu mengeluarkan upaya ekstra untuk parkir nih, Smartcitizen. Sebab, pasar takjil berada di pinggir jalan yang macet, jadi cukup sulit bagi pembeli untuk mencari lahan parkir kendaraan. Tapi, terlepas dari masalah itu, pasar takjil di Jalan Panjang recommended banget buat kamu jadikan opsi lokasi berburu takjil di Jakarta Barat.
Pasar Santa
Tak mendapatkan takjil kesukaan di Jalan Panjang, aku putuskan mengunjungi Pasar Santa di Jakarta Selatan. Akses menuju pasar ini cukup mudah. Dengan menggunakan MRT, aku hanya perlu turun di Stasiun MRT Blok M BCA, kemudian berjalan kaki sejauh 1,1 kilometer. Agar lebih mudah memperkirakan waktu berangkat MRT, aku memakai fitur JakLingko. Tidak hanya MRT, kamu juga bisa cek rute dan informasi tarif moda transportasi seperti Transjakarta dan LRT Jakarta.Â
Berbeda dengan pasar-pasar kebanyakan, Pasar Santa sedikit spesial. Tak hanya menjual sayur, buah, pakaian, dan sebagainya, Pasar Santa juga menjadi wadah ekonomi kreatif bagi anak-anak muda. Terlihat dari maraknya coffee shop, kios-kios baju kasual nan kekinian, kios vinyl record, dan semacamnya.Â
Pada bulan Ramadan, Pasar Santa menawarkan beragam pilihan takjil. Smartcitizen bisa memilih jajanan sesuai selera. Di dalam pasar, ada kuliner khas anak muda yang bisa kamu coba, misalnya Jang Manies, Koka Sikka Se’i Sapi, hingga Dapur-dapuran. Namun, kalau kamu keluar dari dalam pasar, lalu meniti jalan sebelah kiri dan kanan pasar, kamu akan menemukan deretan pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan khas Nusantara untuk berbuka puasa. Aneka makanan yang dijajakan pun cukup beragam, yakni lontong, kolak, bubur sumsum, gorengan, dan lain-lain. Di pasar inilah akhirnya aku berhasil menemukan pula bubur kampiun yang kucari.Â
Puas dengan hasil belanjaanku sore itu, aku memutuskan untuk pulang. Pengalaman belanja di Pasar Santa sangat menyenangkan dan perlu Smartcitizen coba. Karena selain bisa ngabuburit dengan berburu takjil, kamu juga bisa mengunjungi beragam kios khas anak muda untuk sekadar cuci mata.Â
Kue Subuh Senen Jaya
Masih dalam misi mencari bubur kampiun lezat lainnya di Jakarta, aku mengunjungi Pasar Kue Subuh Senen Jaya. Lokasinya terletak di Gedung Parkir Senen Jaya 1 dan 2. Sesuai namanya, Pasar Kue Subuh buka hanya sampai subuh, yakni mulai pukul 18.00 hingga 05.00 WIB. Di sini tersedia berbagai takjil jajanan pasar, mulai dari kue basah, snack ringan, gorengan, sampai bolu. Harga per item pun tergolong murah, yakni lemper seharga Rp 2.000, mochi seharga Rp 5.000, bahkan nasi bakar seharga Rp 6.000. Meski begitu, karena datang cukup pagi, aku tak menemukan bubur kampiun di antara jajanan pasar yang tersisa.Â
Jangan khawatir kalau Smartcitizen ingin berkunjung ke Kue Subuh Senen Jaya. Baik untuk pengendara kendaraan pribadi maupun pengguna transportasi umum, akses menuju ke Kue Subuh sangat mudah. Pembayaran parkir kendaraan sudah bisa dilakukan secara non-tunai melalui Flazz, Brizzi, Tap Cash, dan e-Money. Bahkan, selama Februari lalu parkir tidak dikenakan biaya, loh! Sementara itu, pengguna transportasi umum punya cukup banyak opsi, yakni bisa naik KRL dengan turun di Stasiun Pasar Senen, naik Transjakarta dan turun di Halte Pasar Senen yang sudah tersambung dengan Senen Jaya 1 & 2, atau naik Mikrotrans kemudian turun di Terminal Pasar Senen. Mudah, bukan? Kalau kamu mau tahu lebih banyak soal Kue Subuh Senen Jaya, kamu pun bisa kunjungi @senenjayaofficialdi Instagram.Â
Blok M
Terlepas dari bulan Ramadan, Blok M menjadi salah satu kawasan kuliner andalan di Jakarta. Berbagai tempat kuliner dan ruang kreatif anak muda pun terdapat di sana, sehingga menambah daya tarik bagi pengunjung. Selama bulan Ramadan, Blok M semakin ramai. Ada banyak pilihan tempat takjil yang bisa kamu kunjungi, salah satunya gerobak jajanan di tepi Blok M Square. Berbagai makanan tersedia, mulai dari sosis bakar, crispy baby crab, hingga minuman seperti teh tarik dan boba. Selain itu, kamu juga punya pilihan jajanan lainnya untuk berbuka puasa, seperti beberapa franchise makanan yang terdapat di dalam area Blok M Square.
Â
Setelah berbuka dengan takjil, kamu bisa menikmati kuliner berat di Blok M, yakni gultik atau gulai tikungan. Untuk dapat menemukan gultik, kamu tinggal menjajaki tikungan Jalan Mahakam. Di sana berjejer beberapa pedagang kaki lima yang menjual gultik. Gultik berupa gulai sapi dengan isi daging maupun bagian lainnya, seperti urat, paru, atau jeroan. Gultik biasanya disantap dengan makanan sampingan, semisal sate usus, ati, dan sebagainya. Perlu diketahui, porsi gultik umumnya tidak banyak, sehingga ada kemungkinan kamu perlu memesan lebih dari satu porsi. Untuk satu porsi gultik, harganya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000.Â
Pasar Benhil
Destinasi berburu takjil terakhir yang kudatangi yakni Pasar Benhil. Berlokasi di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pasar ini menjadi sasaran bagi orang-orang yang ingin membeli takjil saat bulan Ramadan. Uniknya, pasar ini hanya buka saat bulan Ramadan saja, meski sempat tutup pada 2020 ketika pandemi Covid-19Â dan dibuka kembali pada 2023. Tahun ini, terhitung kurang lebih 50 lapak pedagang jajanan ada di Pasar Benhil. Takjil yang disediakan pun beragam, seperti oncom, risoles, maupun makanan berat seperti ayam bakar dan masakan padang. Di pasar ini aku merasa bahagia, karena akhirnya aku menemukan lagi bubur kampiun yang jadi takjil favoritku!Â
Saat akan membayar belanjaan, baru kutahu ternyata untuk mempermudah pelanggan, Pasar Benhil secara bertahap menyediakan pembayaran via QRIS. Oleh karena itu, aku membayar belanjaanku menggunakan fitur JakOne Pay. Para pembeli juga tak perlu mengkhawatirkan kenyamanan berbelanja di sini, karena kios maupun lapak pedagang sudah disertai tenda. Selain itu, akses menuju pasar pun dapat dengan mudah ditempuh. Bagi pengguna kendaraan umum, bisa menggunakan angkot JAK 08 dengan rute Roxy-Benhil atau JAK 54 dengan rute Grogol-Benhil. Bisa pula menggunakan Transjakarta dan turun di halte Bendungan Hilir, kemudian berjalan kaki sejauh 700 meter.Â
Itu tadi secarik kisah menyusuri lima tempat berburu takjil favoritku di Jakarta. Dari tempat-tempat yang aku ceritakan, apa ada yang jadi sentra takjil favoritmu juga? Atau ada yang tertarik kamu kunjungi? Kalau ada, jangan lupa unduh aplikasi JAKI via Google Play Storeatau Apple App Storebuat lebih membantu kamu selama perjalanan. Selamat berburu takjil!Â