22 Jul 2022

Jalan-jalan ke Perpustakaan HB Jassin

Oleh:-

Editor:Ramdan Malik Batubara, Aditya Gagat Hanggara

22 Jul 2022

“Boemi serasa memberat dikepalakoe. Kedjadian2 sekelilingkoe mengedjoetkan hatiku. Sadjak Chairil Anwar telah menggegerkan markas besar.”

Ini salah satu tulisan yang menyapaku pagi itu ketika memasuki Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Tulisan tersebut merupakan catatan H.B. Jassin terkait sajak Chairil Anwar yang menggemparkan Nippon atau penjajah Jepang kala itu. Tentunya ini bukan tulisan satu-satunya yang aku lihat hari itu di PDS H.B. Jassin, setelah dibuka kembali baru-baru ini usai TIM direvitalisasi.

Untukmu yang belum pernah mendengar tentang tempat ini atau bahkan belum tahu apa-apa tentang H.B. Jassin, mungkin aku harus menyebutkan satu nama terlebih dahulu: Chairil Anwar. Nama itu tidak asing buatmu, kan? Chairil dengan puisi paling tenarnya, “Aku”, mungkin masih terngiang-ngiang di kepalamu. Nah, H.B. Jassin adalah seorang kritikus sastra yang mengenalkan Chairil Anwar dan puisi-puisinya kepada masyarakat Indonesia pada saat belum banyak orang yang mengenalnya. Tulisan-tulisannya tentang puisi-puisi Chairil mendapat perhatian besar, sehingga nama penyair Angkatan 1945 itu terangkat dan terkenang hingga sekarang.

Selain kritikus sastra yang disegani sampai dijuluki Paus Sastra Indonesia, Jassin juga seorang yang tekun mendokumentasikan berbagai hal terkait sastra dengan apik dan teliti. Ia mengumpulkan surat-surat serta kartu-kartu pos para sastrawan, di samping kliping terkait sastra di berbagai media cetak. Siapa sangka, koleksi pribadinya tersebut kini menjadi dokumentasi sastra Indonesia yang sangat berharga.

Mengintip Dunia H.B. Jassin dan Chairil Anwar

Setelah sekitar dua tahun ditutup karena revitalisasi TIM, akhirnya pada 7 Juli 2022 Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin yang berada di dalam satu gedung ini resmi dibuka. Jika bulan Juni identik dengan Hujan Bulan Juni-nya Sapardi Djoko Damono, maka bulan Juli menjadi bulan H.B. Jassin dan Chairil Anwar. Mengapa? Ternyata, dua sahabat yang saling mendukung ini sama-sama lahir pada bulan Juli. Hans Bague Jassin lahir pada 31 Juli 1917, sedangkan Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922.

Tahun ini tepat 100 tahun kelahiran Chairil Anwar. Seabad penyair yang mati muda pada usia 27 tahun tersebut diperingati PDS H.B. Jassin dengan sebuah pameran arsip bertajuk “Gunung Api Jassin, Lahar Panas Chairil”.

Awalnya aku hanya ingin mengintip gedung baru PDS H.B. Jassin dan Perpustakaan Jakarta di Gedung Panjang TIM yang sudah dipoles dengan cantik dan ramai dibicarakan orang. Namun, sebuah kejutan spesial sudah menungguku hari itu dengan pameran arsip. Tampaknya aku benar-benar berjodoh dengan H.B. Jassin dan Chairil Anwar hari itu. Bagaimana tidak? Biasanya untuk melihat berbagai dokumentasi sastra di PDS H.B. Jassin, kita harus terlebih dahulu tahu apa yang mau kita cari. Kemudian kita harus memasukkan kata kunci pencarian di katalog arsip lewat komputer, memberi tahu pustakawan yang bertugas, menunggu dokumen dicarikan, dan baru kita bisa membaca dokumen itu. Berkat pameran menarik yang berlangsung hingga 11 Agustus 2022 ini, berbagai dokumentasi sastra yang berhubungan dengan H.B. Jassin dan Chairil Anwar bisa langsung aku lihat, setelah dipilih oleh dua kurator yang juga penyair, Hasan Aspahani dan Esha Tegar Putra. Selain berbagai surat, kartu pos, dan catatan sastra, baik tulisan tangan maupun ketikan, kita bisa menengok sekilas kehidupan H.B. Jassin melalui foto-foto masa kecilnya hingga dewasa, mesin tik tuanya, serta buku hariannya yang berisi curahan hati dan jadwalnya sehari-sehari yang ditulis dengan rapi.

Hari itu, di lobi PDS H.B. Jassin, aku seolah-olah sedang mengobrol dengan Jassin dan Chairil tentang kehidupan mereka, dari bagaimana mereka jatuh cinta dengan sastra hingga kisah mereka jatuh cinta kepada perempuan-perempuan cantik yang mereka kagumi. Aku ingin semakin banyak orang bisa berbincang-bincang dengan keduanya di pameran arsip ini.

Berdekatan dengan Sastra di Ruang Baca

Dari lantai 4, aku naik ke lantai 5 dengan eskalator. Tepat ketika langkah kakiku menjejak di lantai 5, aku disambut dengan ramah oleh petugas di meja informasi. Jika aku diperbolehkan memuji, layanan petugas PDS H.B. Jassin adalah layanan terbaik yang pernah aku rasakan dari semua perpustakaan yang pernah kukunjungi. Mereka tidak hanya menyambut ramah, namun juga menjelaskan dengan baik tentang berbagai tempat di gedung baru ini, bagaimana cara jika ingin melihat dokumentasi sastra dan membaca berbagai koleksi buku yang tersedia, serta bisa menjadi teman diskusi yang asyik tentang sastra Indonesia jika kamu mau.

Pertama-tama aku masuk ke ruang koleksi yang berisi buku-buku sastra dari terbitan lama hingga terbaru. Akses koleksi di lantai 5 ini terbuka untuk siapa saja. Sedangkan lantai 6 yang berisi arsip dan dokumentasi sastra, khusus hanya bisa diakses oleh pustakawan saja. Berbeda dengan Perpustakaan Jakarta yang menyediakan berbagai buku dari berbagai kategori, PDS H.B. Jassin, seperti namanya, hanya menyediakan buku-buku sastra saja. Inilah surga bagi para pecinta sastra.

Sebelumnya pustakawan telah memberi tahu, setiap orang hanya bisa membaca dua buku di ruang baca. Pilihanku jatuh pada buku HB Jassin Sekilas Kehidupannyayang diterbitkan PT Gunung Agung. Bukankah ini pilihan buku yang tepat? Membaca biografi Jassin di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.

Membaca di Ruang Baca PDS H.B. Jassin yang baru adalah pengalaman membaca yang sangat nyaman. Meja dan kursi diatur sedemikian rupa dengan sangat cantik di Ruang Baca Umum. Terdapat Ruang Baca Privat jika kamu ingin lebih fokus dan menyendiri. Penyejuk udara membuat ruangan tidak gerah. Aku merekomendasikanmu untuk membawa jaket jika ingin berlama-lama di sini.

Saat itu aku memang ingin fokus membaca buku. Namun, pada kedatanganku selanjutnya, aku bertekad ingin belajar dan bekerja di sini, bukan di kantor atau kafe seperti biasanya.

Suasana yang nyaman dan tentu saja gratis ini menjadikan PDS H.B. Jassin juga cocok untuk jadi tempat belajar dan bekerja. Selain itu, berbeda dengan tetangganya, Perpustakaan Jakarta, yang harus reservasi online dulu untuk masuk ke dalamnya, PDS H.B. Jassin dapat kamu kunjungi langsung dengan cukup mendaftar di tempat saja.

Jassin dari Saksi Mata

Yang mengesankan lagi dari perjalananku hari itu ke PDS H.B. Jassin adalah pertemuanku dengan Ritawati Jassin. Ia kerabat H.B. Jassin yang sudah lama bekerja di PDS H.B. Jassin. Rita membawaku pada saat ia kecil dan sering bermain di rumah Jassin. Ia sering melihat Jassin tenggelam di antara buku-buku sastranya. Itulah yang menginspirasi Rita untuk terjun ke dunia sastra. “Terinspirasi dari beliau, saya juga menulis puisi yang kini sudah diterbitkan oleh Balai Pustaka. Bukunya ada juga di ruang koleksi sini,” katanya dengan riang.

Ritaati Jassin berfoto dengan salah satu antologi puisinya.

Ia bercerita, Jassin adalah pribadi yang baik dan ramah. Jassin bahkan mengajak Rita untuk turut bekerja dan menjaga PDS H.B. Jassin dari awal berdirinya pada 28 Juni 1976. Sejak saat itu hingga sekarang, Rita masih bertahan menjaga warisan H.B. Jassin agar tidak dilupakan oleh zaman.

Ruang untuk Semua

Saat aku sampai di PDS H.B. Jassin, aulanya ramai oleh berbagai kalangan, dari anak sekolah, mahasiswa, hingga orang dewasa yang sedang pemanasan vokal untuk bernyanyi. Ternyata hari itu PDS H.B. Jassin mengadakan kegiatan untuk umum, yaitu Workshop Musikalisasi Puisi Milenial yang menghadirkan Sanggar Matahari. Senang sekali melihat berbagai generasi berkumpul dan berkegiatan di sini. Sebenarnya aku ingin mengikuti kelas musikalisasi puisi ini. Tapi, daripada suaraku menghancurkan tangga nada, akhirnya aku hanya mengintip dan melanjutkan eksplorasiku ke sudut lainnya.

Selain menjadi rumah arsip-arsip sastra, PDS H.B. Jassin juga menyelenggarakan berbagai acara yang berkaitan dengan sastra. Aku segera mengikuti akun @pds_hbjassin di Instagram hari itu untuk tahu berbagai event yang akan diadakan di kemudian hari agar tidak tertinggal informasi.

Selain itu, aula juga bisa dipakai oleh komunitas umum yang ingin berkegiatan di sini. Pustakawan memberi tahu untuk menghubungi layanan PDS H.B. Jassin di nomor Whatsapp 085161119737, jika ada komunitas yang tertarik menggunakan aula ini secara gratis. Untuk informasi lainnya, aku biasanya mengakses JakLitera lewat banner Perpustakaan Jakarta di aplikasi JAKI.

Mengakhiri Hari di Cikini

Puas menikmati PDS H.B Jassin, aku berjalan keluar dari Taman Ismail Marzuki menuju Jalan Cikini. Terakhir kali aku berjalan-jalan di Cikini, revitalisasi TIM masih belum rampung. Hari itu aku senang sekali, akhirnya bisa memasuki TIM, khususnya ke PDS H.B. Jassin untuk menapak tilas sastra Indonesia.

Setelah seharian menghabiskan waktu di PDS H.B. Jassin dengan membaca, berbincang, dan foto-foto di setiap sudutnya yang cantik nan estetik, aku akhirnya memutuskan pulang dengan sebuah janji dalam hati untuk kembali suatu hari nanti.

Artikel Smart Living Lainnya

Mau pinjam buku di Perpustakaan Jakarta tapi bingung pilih yang mana? Ini tiga rekomendasi buku yang insightful untukmu.

Mau healing ke taman? Pakai JAKI, kamu bisa cari taman di Jakarta, mulai dari cek lokasi sampai daftar kunjungan. Simak caranya di sini.

Memang bisa akses layanan ini itu di kompleks atau apartemen lewat aplikasi? Bisa! Kenalin, City Mobile Apps, inovasi terbaru buat integrasi layanan.

Tebet Eco Park masih ramai dikunjungi sampai hari ini. Di sana kamu bisa olahraga atau piknik. Gimana cara masuk Tebet Eco Park? Baca di sini ya.

Takjil jadi hal yang tak boleh terlewatkan saat berbuka puasa. Berikut ini lima tempat hunting takjil rekomendasi Jakarta Smart City. Baca di sini.

Musim hujan gini, kamu bisa lho laporin genangan atau banjir di sekitarmu. Yuk, cari tahu caranya dengan baca di sini!