14 Apr 2022

Dari Wisma Atlet: Cerita ‘Alumni’ Pasien Covid-19

Oleh:Teresa Simorangkir

Editor:Aditya Gagat Hanggara

14 Apr 2022

Covid-19 kembali membawa malapetaka, kurva kasus aktif melesat hampir tiap hari. Masyarakat yang sudah mulai bangkit menata kehidupan, mendadak kembali goyah. Wisma Atlet yang menjadi rumah sakit darurat Covid-19 mulai penuh sesak dengan orang-orang positif Covid-19. Kepada Jakarta Smart City, dua pasien yang pernah dirawat di Wisma Atlet membagikan ceritanya.

Norma Rani, Pegawai dan Freelancer

Rani dirawat di Wisma Atlet sejak 27 Januari 2022. Beberapa hari sebelumnya, ia memang sempat meriang. Awalnya, Rani mengira dirinya hanya kelelahan. Namun, lama-kelamaan napasnya terasa berat, batuknya semakin parah, hingga demam 38,8°C. Karena khawatir, ia pun melakukan tes antigen dan tes PCR. Lima belas menit kemudian, tes antigen memperlihatkan hasil reaktif. Saat itu, Rani memang masih bisa beraktifitas, meski merasa lemas. Setelah berdiskusi dengan kakaknya yang seorang dokter, Rani memutuskan berangkat ke RSUD Kebayoran Baru keesokan harinya.

Tiba di IGD rumah sakit yang ramai

Berbekal tas berisi pakaian dan tes hasil antigennya, Rani tiba di IGD RSUD Kebayoran Baru yang ternyata amat ramai. Selain karena jumlah kasus Covid-19 yang mulai meroket, ini juga bisa jadi karena penyakit demam berdarah yang turut merebak. Mau tak mau, ia harus sabar menunggu tindakan selanjutnya. Selama di rumah sakit, ia harus menjalani beragam tes seperti tes toraks dan tes darah. Tak lupa, rumah sakit juga mensuplai Rani dengan obat-obatan yang ia butuhkan.

“Pas di RSUD itu, aku sudah dapat obat semuanya. Ada obat antivirus, obat-obat untuk semua gejala yang aku rasakan, semuanya dikasih sama RSUD Kebayoran Baru,” cerita Rani.

Selama menunggu di rumah sakit, Rani harus menunggu pula hasil tes PCR. Begitu terbukti positif, rumah sakit menyarankan dirinya untuk isolasi mandiri atau dirujuk ke Wisma Atlet. Sebab rumah sakit tidak akan cukup bila harus menampung semua pasien. Setelah memikirkan banyak pertimbangan, Rani memutuskan untuk dirujuk ke Wisma Atlet. Pihak rumah sakit dengan sigap mengumpulkan dokumen Rani untuk memenuhi kepentingan administrasi sebelum berangkat.

“Diminta data-data lain kayak Kartu Keluarga, BPJS Kesehatan, dan hasil tes PCR. Aku kirim lewat WhatsApp RSUD Kebayoran Baru,” kisahnya.

Usai melengkapi administrasi, Rani menunggu lagi. Di tengah keadaannya yang tidak sehat itu, sebenarnya ia berharap agar bisa dirawat di rumah sakit saja. Tapi, apa boleh buat, kapasitas rumah sakit memang tidak memungkinkan.

Menuju Wisma Atlet yang tak kalah ramai

Jam 11 malam, Rani dibangunkan petugas rumah sakit. Wisma Atlet sudah membalas pesan RSUD Kebayoran Baru yang merujuk Rani untuk isoman di sana.

“Aku dibangunin, masih setengah tidur tuh. Dibangunin dan disuruh minum obat. Ada obat yang harus diminum dua belas jam sebelumnya. Terus dikasih tahu, nanti (di Wisma Atlet) aku isoman di tower 4,” kata Rani.

Dengan menaiki ambulans, Rani berangkat dari RSUD Kebayoran Baru menuju Wisma Atlet Kemayoran, bersama dua orang tenaga kesehatan. Setibanya di lokasi, Rani kaget. Ia tak menyangka kondisi Wisma Atlet sangat ramai, apalagi saat itu sudah tengah malam.

“Aku kira, karena udah tengah malam, bakalan sepi gitu, kan. Ternyata ramai, ramai banget. Seruangan isinya batuk-batuk, bersahut-sahutan. Orang-orang pada bawa koper. Aku nunggu sampai dipanggil, lalu dicek. Pertama cek tensi, berat dan tinggi badan, cek gula darah, terus dikasih gelang rumah sakit. Didata semuanya, terus nunggu lagi, antre. Setelah itu data riwayat, ada gejala apa, sudah dikasih obat apa saja, ada alergi obat, ada diet atau enggak. Di Wisma Atlet, penanganan diberikan berdasarkan gejala. Ada yang harus menjalani tes PCR, tes toraks, serta tes darah lagi. Tapi, karena aku sudah ada hasilnya dari rumah sakit sebelumnya, enggak perlu dites lagi. Lama nunggunya, ada sekitar 2–3 jam,” cerita Rani soal kondisi Wisma Atlet pada 27 Januari 2022 malam.

Bila jumlah kasus terus memburuk, bukan tidak mungkin Wisma Atlet akan penuh lagi. Dari empat tower (gedung) khusus untuk pasien Covid-19, tiga gedung (4, 5, 6) sudah dibuka lagi. Rani bercerita, saat ia di sana, gedung 7 bahkan mulai dibuka untuk menampung pasien-pasien baru. Ruangan-ruangan yang tadinya hanya diisi satu pasien, kini harus dimaksimalkan hingga tiga pasien.

Menemukan komunitas dan Bangminton Cobra

Walau tidak dalam kondisi sehat, Rani masih merasa bersyukur selama menjalani hari-harinya di Wisma Atlet. Di ruangan tempat isoman, Rani bertemu teman baru yang satu frekuensi dengannya. Ia bahkan menemukan satu komunitas yang mereka beri nama Bangminton Cobra. Siapa sangka, dari yang benar-benar asing, keakraban yang terjalin di Wisma Atlet bertahan hingga mereka keluar.

“Pagi kita olahraga, main badminton. Malamnya kita berkesenian, nyanyi, dan main gitar. Ada yang ulang tahun, kan ketahuan tuh dari gelang pasien, ‘Wah besok ulang tahun ya!’, kita bikin surprise, beli kue,” kenang Rani.

Empati untuk tenaga kesehatan yang berjuang

Selama dirawat di Wisma Atlet, Rani mengaku seluruh petugas selalu memberikan pelayanan yang baik. Meski demikian, ada juga tingkah pasien yang kurang menyenangkan, baik kepada sesama pasien maupun tenaga kesehatan yang sudah bekerja keras.

“Kasihan nakesnya. Ntar kalau nakesnya tiba-tiba tumbang, stres juga. Jadi kita harus pakai empati,” tutur Rani. Ia melanjutkan, “Kasus kan sudah sempat turun banget, tenaga-tenaganya sudah dipulangin. Sekarang mereka balik lagi (ke Wisma Atlet), mungkin kaget juga. Ya, ada kekurangan. Pas awal, obat yang datang lama, makanan sempat kekurangan. Tapi, masih bisa dimaklumi. Kita harus menghargai dan apresiasi itu. Jadi, terima kasih banyak buat teman-teman tenaga kesehatan dan karyawan Wisma Atlet. Aku apresiasi banget.”

Supriyana, Pengurus RW dan Koperasi

Supriyana dirawat di Wisma Atlet pada Maret 2021. Saat dirujuk ke Wisma Atlet, ia sempat khawatir. Apalagi, saat itu kasus sedang tinggi, dan banyak yang meninggal. Saat terkonfirmasi positif Covid-19, ia dan keluarganya dirujuk oleh Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung. Semua keperluan administrasi dan keberangkatan difasilitasi puskesmas.

“Di puskesmas dikumpulkan yang positif. Ada sekitar 20 orang. Berangkat dengan ambulans dan bus sekolah yang kuning itu. Yang agak berat masuk ambulans,” jelas Supriyana. Setibanya di Wisma Atlet, ia mengaku masih terbawa stigma bahwa di sana menyeramkan. Untunglah, hal tersebut tidak terbukti. Fasilitas yang disediakan untuk pasien memadai dan ada petugas yang siap membantu kebutuhan pasien.

“Obat-obatan, makanan juga dikasih. Setelah tiba, keesokan harinya ada tindakan seperti rontgen,” katanya. Menurut Supriyana, hari-harinya di Wisma Atlet tidak terasa menyedihkan. Ia bahkan senang bisa menjalin relasi baru dengan sesama pasien. Namun, selayaknya rumah sakit yang berisi orang-orang dengan bermacam kondisi kesehatan, ada juga kisah sedih yang dialaminya.

“Ada yang sedih, sudah sebulan dirawat kok enggak negatif-negatif. Padahal, ada yang cuma sembilan hari sudah sembuh. Ada teman akrab yang tadinya kita masih ngobrol, malamnya dia anfal, lalu besoknya sudah enggak ada. Mungkin ada komorbid. Sedih juga. Kan memang yang ditakutkan pada ‘lewat’. Waktu itu banyak sekali, hampir setiap hari ambulans sering keluar masuk, membawa ke (TPU) Pondok Ranggon, ke mana gitu ya,” cerita Supriyana.

Untuk pasien-pasien yang harus isoman di Wisma Atlet, ia berpesan, “Harus bisa menerima kondisi. Di sana enggak boleh takut, harus senang, supaya imunnya naik. Kalau kita ikuti tahapan-tahapan yang ada, tingkat kesembuhan lebih cepat. Tapi, kalau cuma diam di kamar, duduk, enggak bergerak, itu rata-rata di atas dua minggu.”

Pandemi Tidak Akan Berakhir Tanpa Bantuan Kita

Smartcitizen, belakangan ini kamu pasti sudah mendengar kabar, kasus Covid-19 yang kembali meroket akibat penularan varian Omicron. Kita kembali digelayuti rasa cemas. Bahkan, berita-berita menyatakan, kasus-kasus baru ini mencetak angka tertinggi sejak Juli 2021. Oleh karena itu, jangan biarkan kita kembali dikalahkan penyakit ini. Tetap patuhi protokol kesehatan, dan bila kamu termasuk kalangan beruntung yang bisa bekerja dan belajar dari rumah, manfaatkan “kemewahan” itu sebaik-baiknya. Mari kita lindungi tenaga kesehatan yang telah bekerja keras, sampai mereka berisiko terpapar virus untuk merawat ribuan pasien. Terakhir, jangan lupa ajak keluarga dan teman-teman untuk vaksinasi sesegera mungkin. Yuk, kita hidup sehat bersama-sama!

Penulis dan Editor

Artikel Covid-19 Lainnya

Vaksinasi booster kedua ada di Puskesmas Kecamatan dan RSUD. Gak perlu daftar, kamu tinggal bawa KTP atau tiket vaksinasi. Baca selengkapnya di sini.

Sudah dapat vaksin booster kedua? Berikut panduan vaksinasi di Jakarta untuk jadi acuan kamu jika ingin mendaftar. Baca di sini.

Vaksin Covid-19 sudah ada di depan mata. Mari kita gali lebih dalam alasan mengapa kamu harus vaksinasi Covid-19!

Apakah kamu masih ragu untuk divaksinasi? Tidak perlu khawatir. Vaksinasi Covid-19 ini aman dan punya banyak manfaat, loh.

Booster kedua Covid-19 sudah ada di fasilitas kesehatan Jakarta. Punya pertanyaan terkait pendaftarannya atau vaksin? Dapatkan jawabannya di sini.

Vaksin booster kedua udah ada di Jakarta! Apa aja sih manfaatnya? Cari tahu di sini, ya.