Covid-19 Varian Delta dan Berbagai Hal yang Harus Kamu Perhatikan
Beberapa waktu terakhir, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia termasuk Jakarta kian melonjak. Bahkan, ditemukan beberapa varian baru Covid-19 seperti Alpha (B.1.17), Beta (B.1.351), dan Delta (B.1.617.2). Data Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) menunjukkan bahwa per 20 Juni 2021, terdapat 33 kasus varian Alpha, 4 varian Beta, dan 57 varian Delta di Jakarta. Di antara kedua varian lainnya, varian Delta menyumbang kasus terbanyakdisertai dengan penularan virus yang cepat serta risiko dirawat di rumah sakit yang lebih tinggi. Untuk itu, tanpa mengurangi antisipasi terhadap varian virus Covid-19 yang lain, ada baiknya bila Smartcitizen mengetahui seluk-beluk varian Delta, agar dapat lebih mengantisipasinya di tengah lonjakan kasus.Â
Awal Kemunculan Varian DeltaÂ
Virus Corona varian Delta (B.1.617.2) adalah mutasi dari virus Covid-19 yang selama ini mewabah (SARS-CoV.2 B.1.617). Varian Delta pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020, saat awal negeri itu dilanda gelombang kedua pandemi. WHO (World Health Organization) melabeli varian delta sebagai variant of concern (VOC) atau varian yang perlu diwaspadai pada 11 Mei 2021. Sejak 14 Juni 2021, varian ini telah menyebar ke 74 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.Â
Berdasarkan hasil dari proses Whole Genome Sequencing (WGS) per 20 Juni 2021, Kementerian Kesehatan RI mencatat 211 kasus dari 2.242 sampel yang harus diwaspadai, 160 kasus di antaranya adalah varian Delta. Itu berarti varian Delta mendominasi di Indonesia dan bukan tidak mungkin jumlahnya akan terus bertambah.Â
Â
Sebahaya Apakah Varian Delta?
Sebagai variant of concerns, Delta tentulah berbahaya. Sebab, untuk dapat dikategorikan sebagai varian yang mengkhawatirkan, suatu virus harus lebih mudah menular daripada virus asli, sehingga menyebabkan penyakit yang lebih parah, mengurangi netralisasi oleh antibodi secara signifikan, dan mengurangi efektivitas pengobatan, vaksin, atau diagnosis. Hal ini bukan tanpa bukti. Seperti kita tahu, varian Delta telah memicu kenaikan kasus positif di Inggris serta kasus positif dan kematian akibat Covid-19 di India. Pejabat kesehatan di Inggris dalam riset internalnya terkait varian Delta pun menyatakan, varian ini 50% lebih mudah menulardaripada varian Alpha.
Studilainnya dari Skotlandia juga menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi varian Delta dua kali lebih mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit daripada orang yang terinfeksi varian Alpha. Hasil tersebut didapat setelah melakukan riset terhadap 19.543 kasus komunitas Covid-19 dan 377 rawat inap yang dilaporkan di Skotlandia pada 1 April hingga 6 Juni 2021. Berdasarkan berbagai studi yang ada sejauh ini, dapat kita simpulkan bahwa varian Delta lebih berbahaya daripada virus yang sebelumnya kita hadapi selama pandemi dan tak bisa dianggap sepele.Â
Lalu, bagaimana dengan usia? Apa benar anak-anak lebih rentan terkena varian Delta? Sebuah studidi Inggris menyatakan, jumlah anak-anak dan dewasa muda yang positif Covid-19 varian Delta lebih banyak daripada pra-lansia dan lansia berusia 50 tahun ke atas. Meskipun begitu, tidak disimpulkan apakah varian ini lebih mudah menginfeksi anak-anak daripada orang dewasa atau tidak.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menemukan kecenderunganvarian Delta menyerang anak di bawah usia 18 tahun. Berdasarkan riset Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), setidaknya 1 dari 8 kasus Covid-19 terjadi pada anak-anak. Terlepas dari kelompok usia mana yang paling rentan tertular varian Delta, perlu kita sadari bahwa semua kelompok usia dapat terinfeksi virus varian ini, sehingga kita harus lebih berhati-hati.
Â
Seperti Apa Gejala Terjangkit Covid-19 Varian Delta?
Pada dasarnya, virus Corona dalam tubuh orang yang terjangkit akan menunjukkan beberapa gejala seperti demam, batuk kering, napas pendek, mudah lelah, menggigil, atau tak dapat merasakan bau dan rasa. Sebagian gejala ini mungkin masih dialami penderita Covid-19 varian Delta. Namun, ada beberapa gejala yang biasanya dialami penderita varian ini, yakni nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, pembekuan darah, serta gangrene (matinya jaringan tubuh).
Apa yang Harus Dilakukan Bila Terinfeksi Covid-19 Varian Delta?Â
Sama seperti bila terinfeksi Covid-19 varian lain, ada beberapa hal yang harus Smartcitizen lakukan bila terkonfirmasi positif Covid-19 varian Delta. Pertama, kamu perlu melaporkan hasil tes tersebut ke tokoh masyarakat setempat, seperti Rukun Tetangga (RT) ataupun Rukun Warga (RW). Lalu, segeralah lakukan isolasi mandiri.
Jika kamu tidak memiliki gejala apapun, kamu dapat melakukan isolasi mandiri di rumah ataupun fasilitas isolasi pemerintah. Jika memiliki gejala ringan, kamu bisa melakukan isolasi mandiri di fasilitas isolasi pemerintah ataupun di rumah bagi yang memiliki syarat. Kemenkes menetapkan bahwa tempat isolasi mandiri haruslah memiliki ventilasi yang baik dengan mobilitas yang terbatas. Sementara itu, kalau kamu merasakan gejala sedang, kamu bisa menjalani isolasi dan perawatan di RS Lapangan, RS Darurat Covid-19, RS Non Rujukan, dan RS Rujukan. Bagi kamu yang mengalami gejala berat-kritis, kamu akan menjalani perawatan di HCU/ICU RS Rujukan.Â
Selama melakukan isolasi mandiri atau mendapatkan perawatan, seseorang yang positif Covid-19 harus selalu memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain, mencuci tangan dengan sabun, memakai peralatan makan terpisah, rutin membersihkan ruangan, dan menghindari kontak dengan barang-barang yang kemungkinan terkontaminasi.
[Isolasi Mandiri di Rumah: Panduan dan Apa Saja yang Bisa Dilakukan]
Kemudian, jangan lupa untuk mengabarkan hasil tesmu kepada orang-orang yang pernah berkontak erat denganmu selama setidaknya dua minggu terakhir. Tak perlu merasa malu, sebab hal ini bukan suatu aib. Justru dengan memberitahu hasil tes, orang-orang yang pernah berkontak erat denganmu dapat memastikan kondisi kesehatannya dengan melakukan tes Covid-19 dan isolasi mandiri.Â
Hal terakhir yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah menjaga kesehatan fisik dan mental. Selama isolasi mandiri, pastikan kamu istirahat yang cukup, makan dan minum dengan teratur, serta berolahraga ringan setiap hari. Agar kesehatan mental terjaga, kamu juga perlu melakukan hal-hal yang kamu senangi. Hindari membaca berita yang membuat stres. Dengan menjaga kesehatan fisik dan mental, imunitasmu akan meningkat, sehingga kamu akan lebih cepat pulih.Â
Bagaimana Mencegah Terinfeksi Varian Delta?Â
Seiring dengan tingkat penularan varian Delta yang lebih tinggi, maka diperlukan protokol kesehatan yang lebih ketat untuk melindungi diri dari virus. Salah satu yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan adalah dengan double-maskingatau memakai dua masker. Double-masking dilakukan dengan memakai masker medis dan melapisinya dengan masker kain. Memakai dua masker akan memberikan kamu perlindungan yang lebih optimal dari virus Corona sebesar 85%.
Tak cukup hanya dengan double-masking, Smartcitizen juga masih harus menerapkan 5M; memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Penting pula untuk kamu melakukan vaksinasi, agar imunitas meningkat dan risiko terinfeksi virus Corona berkurang. Jadi, jangan lupa untuk vaksin, ya!
Itulah hal-hal yang perlu Smartcitizen ketahui tentang varian Delta. Selama virus Corona masih ada, memang bisa saja ia terus bermutasi menjadi varian-varian baru. Namun, kita juga bisa berusaha fokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol, seperti mematuhi protokol kesehatan, menjaga tubuh agar tetap fit, serta melakukan vaksinasi. Kalau kamu butuh informasi terkait Covid-19, seperti perkembangan kasus harian di Jakarta, bantuan sosial untuk warga terdampak pandemi, dan semacamnya, kamu bisa mengakses aplikasi JAKI (Jakarta Kini). JAKI dapat diunduh melalui Google Play Storedan Apple App Store. Yuk, manfaatkan JAKI agar kita bisa lebih cepat pulih dari pandemi!