Berkat JAKI, Kudapatkan Pekerjaan Impian
Sudah dua jam lamanya kupandang layar komputer di hadapanku. Tangan kanan yang nyaris tiada berhenti menggerakkan mouse—mengeklik fitur-fitur dari alat bantu desain untuk membuat Curriculum Vitae—mulai terasa pegal. Meski begitu, ada rasa senang ketika kulihat satu per satu bagian CV sudah terisi dengan data diri dan pengalaman magang yang kumiliki.
Beberapa hari terakhir, aku sedang memperbaiki CV. Kulakukan setelah mendapat saran kalau CV harus selalu disesuaikan isinya dengan jabatan yang ingin kita lamar. Berhubung aku sedang ingin melamar posisi Desainer Grafis, kurombak lagi CV yang sudah kumiliki.
Sedikit lagi selesai, batinku sambil menghela napas pendek. Ada satu bagian lagi yang belum terisi, yakni sertifikasi. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Sebuah notifikasi chat muncul. Sebuah pesan dari Ariani, teman kuliahku dulu.
“Din, lusa ikut kita ngumpul nggak?”
Kuketikkan balasan untuk pesan dari Ariani.
“Belum ta…” Jemariku berhenti. Kuhapus pesan, lalu kuketik pesan yang baru.
“Maaf, aku enggak bisa ikut, Ar.”
Kutekan langsung tombol kirim. Bukannya sombong atau nggak ingin repot-repot datang, aku hanya belum siap menemui teman-teman dengan kondisiku yang belum juga mendapat pekerjaan setelah enam bulan lulus. Ah, sudahlah, daripada berujung insecure, lebih baik lanjutkan CV, batinku. Pandanganku kembali ke layar komputer. Namun, sepersekian detik kemudian, aku terdiam.
Bagian yang belum terisi adalah sertifikasi. Sementara aku belum pernah mendapatkan pelatihan atau sertifikasi apapun di bidang desain grafis. Tak harus punya sertifikasi sih untuk bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi, di bidang desain grafis, rasanya sertifikasi jadi salah satu penunjang yang efektif. Sementara, pasti banyak kandidat lain yang sudah pernah ikut kursus atau bootcamp desain grafis.
Dengan kepala yang penuh pikiran, kuputuskan untuk beristirahat. Beranjak aku ke tempat tidur, kuhempaskan tubuh lalu kupejamkan mata. Tak lama kemudian, aku tertidur.
Awal Mula Menggunakan JAKI untuk Cari Kerja
“Kamu bener enggak mau ikut ibu kondangan?”
Aku sedang asyik makan es krim di depan TV saat ibuku lewat dengan gaun kondangannya. Kugelengkan kepala.
“Kenapa?”
“Malas ditanya kapan kerja terus-menerus,” jawabku.
Sebenarnya sekali dua kali ditanya seperti itu nggak apa-apa buatku. Tapi kalau selalu ditanya demikian tiap bertemu dengan kenalanku maupun kenalan orang tuaku, rasanya lelah juga. Sedangkan aku sudah berusaha maksimal melamar kerja. Selama enam bulan mencari lowongan, mungkin ada kurang lebih lima ratus pekerjaan kulamar.
Aku terus menyendok es krim. Namun terhenti saat kudengar ibuku bertanya, “Udah coba cek lowongan di JAKI, belum? Tita anak Bu Diani dapat kerjaan dari sana.”
JAKI. Aku tahu aplikasi JAKI. Dulu sewaktu pandemi Covid-19 masih merebak, keluargaku daftar vaksinasi lewat JAKI. Tapi, setelah itu, aku nggak pakai lagi aplikasinya. Alasannya sesederhana, karena belum butuh aja.
Eksplor Fitur JAKI buat Pencari Kerja
Kuraih handphone secepat kilat. Sayup-sayup kudengar suara ibuku pamit dari pintu depan. Mungkin ia sedikit kesal karena aku tak menjawab pertanyaannya tadi. Saat kubuka aplikasi JAKI, aku disambut dengan beranda dengan warna putih dan biru.
Perasaan dulu tampilannya nggak gini, sekarang lebih bagus, gumamku.
Ku-scroll beranda hingga ke bawah. JAKI betul-betul sudah berbeda sejak terakhir aku melihatnya. Kemudian, mataku menangkap bagian beranda JAKI yang menampilkan lima persona pengguna, yakni pelajar/mahasiswa, pekerja kantoran, pencari kerja, wirausaha, dan pengelola rumah tangga.
Menengok tulisan pekerja kantoran, sontak aku langsung mengekliknya. Aku diarahkan menuju rekomendasi beberapa fitur JAKI yang bermanfaat untuk para pencari kerja. Selama mempelajari laman tersebut, aku kagum sembari menyesal kenapa tak dari kemarin-kemarin aku tahu bahwa JAKI punya fitur untuk pencari kerja. Di laman persona pencari kerja terebut, tampak fitur Wifi Gratis, Karier di Jakarta, dan pintasan menuju situs Program Pelatihan Prakerja. Kueksplor fitur-fitur itu satu per satu.
Fitur Wifi Gratis mengantarkan aku pada peta Jakarta yang memuat informasi lokasi titik Wifi gratis di seluruh DKI Jakarta. Kutengok titik lokasi rata-rata berada di ruang publik. Sekarang aku memang belum bisa menggunakannya karena sedang di rumah, tapi Wifi ini bisa kumanfaatkan saat mau melamar pekerjaan ketika berada ruang publik di Jakarta.
Beralihlah aku ke fitur Karier di Jakarta. Fitur tersebut mengantarkanku pada situs JakNaker. Aku baru kali ini mendengar program JakNaker. Ternyata, JakNaker (Jakarta Tenaga Kerja) merupakan portal karier milik Pemprov DKI Jakarta yang menyediakan informasi lowongan kerja, lowongan magang, TopKarir Klinik, tes minat dan bakat, TopEdu, kewirausaahan, artikel, beasiswa, hingga Pojok SMK. Dari sekian banyak layanan yang disediakan JakNaker lewat JAKI, mataku tertuju pada layanan Lowongan Kerja. Tak sabar rasanya melamar lowongan-lowongan yang tersedia, barangkali banyak yang belum pernah tercantum di portal lain. Selain itu, aku pun ingin mencoba layanan TopEdu, yakni pelatihan keterampilan online, offline, maupun webinar. Betapa senang hatiku, ketika mataku menangkap pelatihan keterampilan kerja kejuruan desain grafis, seperti yang kucari-cari.
Kutinggalkan sejenak fitur Karier di Jakarta dan kembali ke laman utama persona Pencari Kerja di JAKI. Fitur terakhir yang ditawarkan yakni pintasan situs Program Pelatihan Prakerja atau prakerja.go.id. Situs ini juga menawarkan berbagai pelatihan yang bisa kucoba nanti. Setelah puas melihat-lihat persona pencari kerja di JAKI, kueksplor lagi fitur lainnya di JAKI. Dari hasil penelusuranku, ternyata fitur Karier di Jakarta yang akan kumanfaatkan nanti juga dapat kuakses lewat kategori layanan Karier dan Usaha.
JAKI Buka Pintu untuk Dapatkan Pekerjaan Impian
Dua bulan kemudian…
Kulirik checklist di buku catatanku. Hampir seluruh perusahaan yang sudah kulamar selama delapan bulan terakhir sudah mengonfirmasi apakah aku lolos ke babak berikutnya atau tidak. Tersisa empat perusahaan lagi yang belum memberikan konfirmasi.
Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Sebuah notifikasi e-mail pun muncul.
Dear, Dinda Lestari,
Congratulations! We are pleased to notify you that as a result of your job application as a Graphic Designer, you have been accepted in our office.
Mataku baru membaca kalimat pertama, tapi aku sudah berteriak kegirangan. Akhirnya, setelah delapan bulan, aku berhasil diterima kerja. Setelah kubaca sampai habis dan kubalas e-mail tersebut, aku segera menghubungi orang tuaku untuk menyampaikan kabar gembira ini. Mereka merespons dengan baik dan ikut bahagia untukku.
Pekerjaan Impian di Tangan Berkat JAKI
Jika dipikir-pikir lagi, keberhasilan aku diterima kerja salah satunya berkat andil JAKI. Bagaimana enggak? Aku mendaftar ke perusahaan yang menerimaku lewat JAKI. Saat mendaftar pun, aku mencantumkan sertifikasi yang kudapat dari mengikuti pelatihan dari JakNaker dan prakerja.go.id melalui JAKI. Tak hanya itu, aku juga memanfaatkan layanan JakNaker untuk berkonsultasi terkait kesulitan dapat kerja dan mengikuti tes minat bakat. Alhasil, dalam kurun waktu dua bulan, aku sudah lebih percaya diri. Dibekali dengan skill set dan sertifikasi yang kubutuhkan untuk melamar pekerjaan sebagai desainer grafis, bahkan diterima di perusahaan yang kuinginkan.
JAKI membuka pintuku untuk meraih peluang kerja. Namun, kegigihan dan tekad bulatlah yang membuatku bisa mendapatkan pekerjaan impian. Ada banyak orang yang berada di posisi sepertiku kemarin. Dengan ketekunan, aku yakin keberhasilanku mendapat pekerjaan juga bisa dirasakan oleh para pencari kerja di Jakarta yang sedang berjuang. Untuk lebih maksimal, beragam layanan untuk pencari kerja bisa diakses melalui aplikasi JAKI. Aku yakin, dengan inovasinya, terutama persona pencari kerja, JAKI makin #bikingampang orang-orang meraih pekerjaan impian.
Baca juga: