Tips Mengatasi Hawa Panas Jakarta
Smartcitizen, sadar enggak sih kalau akhir-akhir ini hawa Jakarta begitu panas? Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sejak 1 sampai 7 Mei 2022, suhu Jakarta mencapai 33–36 derajat Celcius. Ternyata, hal serupa juga terjadi di beberapa kota lain di Indonesia. Sebenarnya, apa sih yang sedang terjadi saat ini, hingga menyebabkan kenaikan suhu? Bagaimana pula cara agar kita bisa mengatasi hawa panas ini? Simak baik-baik artikel berikut.
Apakah Jakarta Terkena Gelombang Panas?
Melihat kenaikan suhu yang juga terjadi di sejumlah kota lain di Indonesia, bisa disimpulkan bahwa ada isu lebih besar di balik hawa panas Jakarta. Awalnya, kenaikan suhu ini dikaitkan dengan gelombang panas yang sedang marak di India. Gelombang panas sendiri merupakan fenomena cuaca panas yang terjadi selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Berdasarkan laporan Departemen Meteorologi India (IMD), pada April 2022, suhu New Delhi berada di atas 40 derajat Celcius selama tujuh hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini bukan hanya perihal panas cuaca saja, tapi juga mempengaruhi kegiatan masyarakat. Buktinya, sekolah mulai ditutup agar murid-murid tak perlu keluar rumah dan mengalami dehidrasi. Belum lagi, pasokan batu bara di pembangkit listrik termal yang mulai habis menyebabkan pemerintah terpaksa memadamkan listrik di beberapa negara bagian. Gelombang panas di India sejak akhir Maret 2022 lalu ini telah merenggut dua puluh lima nyawa dan menyebabkan ribuan orang harus mendapat perawatan medis.
Namun, kabar baiknya, BMKG sudah mengonfirmasi bahwa cuaca panas yang dirasakan di Jakarta tidak disebabkan oleh gelombang panas. Melainkan efek dari musim pancaroba. Menjelang musim kemarau seperti ini, biasanya cuaca pada pagi hari memang akan cerah. Namun, cuaca pada siang hari akan terik, dengan potensi hujan disertai petir. Selain efek musim pancaroba, salah satu hal yang menyebabkan kenaikan suhu di Jakarta adalah posisi matahari yang berada di wilayah utara ekuator. Ini menandakan bahwa Indonesia sudah mulai memasuki puncak musim kemarau. Pengurangan pertumbuhan awan dan hujan dapat pula menjadi penyebab lain, sehingga kita merasakan cuaca Jakarta semakin panas beberapa hari belakangan.
Tips Bertahan di Tengah Hawa Panas Jakarta
Suhu panas yang ekstrem dapat mengganggu aktivitas, bahkan membahayakan kesehatan. Agar kamu tetap sehat dan bisa beraktivitas dengan nyaman beberapa waktu ke depan di Jakarta, ada beberapa tips yang dapat kamu terapkan.
- Penuhi asupan air minum.
Enggak mau kan terkena dehidrasi? Oleh karena itu, kamu harus banyak mengonsumsi air. Usahakan untuk minum air dalam jumlah sedikit tapi sering, supaya cairan yang diserap dapat masuk ke dalam tubuh lebih maksimal.
sunscreen.
Tak hanya asupan air yang harus diperhatikan, tetapi juga kesehatan kulit. Terkena sinar matahari bisa membuat kulitmu gampang kusam dan rentan iritasi. Bahkan, paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari dalam intensitas tinggi dapat menyebabkan dirimu terkena kanker kulit. Karenaitu, gunakan sunscreen dengan proteksi UV saat beraktivitas saat pagi maupun siang hari, baik di dalam maupun luar rumah.
Berkegiatan di tengah cuaca panas mungkin akan membuat kamu sedikit tak nyaman. Untuk mengakalinya, kamu bisa gunakan pakaian longgar dengan bahan menyerap keringat, seperti katun. Jangan lupa untuk memilih warna yang cerah, sebab warna gelap hanya akan menyerap panas matahari.
Konsumsi makanan juga penting untuk diperhatikan. Selama cuaca panas, ada baiknya kamu menyantap makanan yang bergizi dan tinggi kandungan air. Tak perlu dalam porsi banyak, yang penting frekuensinya sering.
Tetap harus beraktivitas di luar ruangan selama cuaca panas? Enggak masalah. Jika tips-tips sebelumnya sudah dipenuhi, seharusnya tubuhmu sudah cukup kuat untuk berkegiatan outdoor. Sebagai tambahan, jangan lupa bawa payung ataupun topi agar kamu enggak kepanasan, ya.
Langkah Sederhana Meminimalkan Dampak Pemanasan Global
Apa yang kita hadapi saat ini di Jakarta memang bukan akibat dari gelombang panas. Namun, tetap saja hal ini merembet pada isu pemanasan global yang dapat membahayakan keberlangsungan hidup kita. Ilmuwan telah memprediksi bahwa suhu bumi akan naik sebanyak 1,5 derajat Celcius selama lima tahun ke depan. Artinya, kita perlu segera meminimalkan dampak pemanasan global. Memang terdengar seperti sebuah misi besar, tapi kita bisa kok melakukannya lewat langkah-langkah sederhana, seperti berikut ini.
Menghitung emisi dari kegiatan sehari-hari
Loh, apa hubungannya emisi dengan cuaca panas? Tentu saja ada! Emisi atau zat-zat beracun yang membahayakan makhluk hidup serta lingkungan dapat berkontribusi memperparah pemanasan global. Nah, salah satu sumber emisi adalah dari kegiatan kita sehari-hari. Pakaian yang kita beli dan gunakan, makanan yang dikonsumsi, serta alat elektronik yang dipakai, semuanya menghasilkan emisi. Oleh karena itu, kita perlu belajar hidup rendah emisi. Bagaimana caranya? Bisa dimulai dengan belajar menghitung jumlah emisi yang dihasilkan dalam aktivitas sehari-hari. Agar mempermudahmu melakukan hal ini, kamu bisa menggunakan fitur JakEmisi di JAKI.
Baca juga: Kolaborasi Mengurangi Emisi Jakarta Melalui JAKI
Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
Setelah mengetahui jumlah emisi yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari, salah satunya dari menggunakan transportasi pribadi, kamu dapat melanjutkan upaya meminimalkan pemanasan global. Misalnya dengan menggunakan transportasi umum atau beralih pada transportasi ramah lingkungan, seperti sepeda. Tapi, kalau enggak memungkinkan, memakai kendaraan bermotor pun tak masalah. Asal pastikan dulu kendaraan kamu lolos uji emisi, ya.
Menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Layaknya barang-barang lain, sampah juga menyumbang emisi yang dapat merusak lingkungan. Makanya, kita perlu menyiasati hal ini dengan menerapkan reduce, reuse, serta recycle. Reduce dilakukan dengan mengurangi penggunaan plastik maupun produk kemasan. Reuse dapat kamu lakukan dengan menggunakan kembali barang-barang bekas pakai. Sementara itu, limbah yang dapat didaur ulang bisa kamu recycle agar kembali berguna. Dengan mengikuti prinsip ini, kita dapat mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan dari sampah.
Bijak dalam Berbelanja Pakaian
Nyatanya, industri tekstil menyumbang 10% emisi gas rumah kaca yang berimbas terhadap pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Kok bisa? Pewarna kimia yang limbahnya tak dikelola dengan baik, listrik serta air dalam jumlah besar yang dibutuhkan selama proses produksi pakaian, memegang peranan penting dalam hal ini. Seiring perjalanan waktu, tren fast fashion pun mulai merajalela. Model pakaian berganti dengan cepat, biaya produksi murah, dan kualitasnya kurang baik. Ini mengakibatkan industri fashion jauh dari kata ramah lingkungan.
Pada dasarnya, kita memang tak bisa langsung mengurangi produksi pakaian untuk mengurangi emisi. Tetapi, sebagai konsumen, kita bisa memilih cara yang lebih bijak dalam membeli dan menggunakan pakaian. Misalnya, menerapkan hidup minimalis dan tidak membeli pakaian jika tak diperlukan, mengalihfungsikan pakaian yang sudah tidak dipakai, ataupun hanya membeli pakaian yang terbuat dari bahan ramah lingkungan.
Mungkin, tips-tips di atas sekilas terkesan jauh dari misi mengurangi pemanasan global. Namun, percayalah, hanya karena kita tak bisa secara kasat mata melihat wujud emisi, bukan berarti upaya meminimalkannya tidak berguna. Sekecil apapun aksi yang kita lakukan, akan tetap berdampak bagi lingkungan pada masa depan.
Itu tadi informasi seputar hawa panas yang melanda Jakarta. Hawa diprediksi akan terus panas hingga pertengahan Mei. Untuk itu, jangan lupa terapkan tips-tips tadi agar kamu bisa bertahan dan nyaman berkegiatan, ya. Secara paralel, kamu juga bisa terapkan langkah sederhana meminimalkan dampak pemanasan global, agar cuaca ini tak semakin parah atau menimbulkan isu baru. Ingin belajar menghitung emisi menggunakan JAKI? Unduh sekarang juga lewat Google Play Store atau Apple App Store.